THE HAVE, NAMUN HUMBLE

Yai Ka’ secara sosial ekonomi berlatar kasta ekonomi yang berada, the have. Saat pemilik motor masih dengan mudah dihitung dengan jari, tak banyak orang lalu lalang bermotor di Tebuireng, beliau sudah mengendarai Honda GL. Warna merah mengkilap, pertanda sang pemiliknya sangat rajin merawatnya. Cermin Yai Ka’ yang serba rapi dan amat menjaga kebersihan seperti terlihat bagaimana kerapihan barang barang yang tertata di kamarnya.

Kendati Yai Ka’ dari kalangan berpunya, beliau begitu humble, tak berjarak, friendly, senyumnya senantiasa menyapa setiap orang ditemuinya. Rendah hati, jangan berharap komunikasi dengan Yai Ka’ berhamburan dalil al-Quran, Hadits atau kutipan dari kitab kuning. Maraji’ itu barulah meluncur dengan deras dari lisan beliau ketika dimintai pendapat, mengajar atau pengajian.

Inilah karakter sang alim yang tak suka pamer kealimannya. Padahal, justru tak sedikit agar dicap alim, sedikit sedikit meluncur dan pamer dalil. Dengan keadaan ekonominya sebenarnya Yai Kak sangat mampu membangun rumah di luar pesantren, namun itu tak dilakukan. Beliau lebih memilih dan menikmati kamar ala santri yang tak luas. Kamar mandinya berjarak kurang lebih 50 m dan menyatu dengan biasa dikenakan oleh “madinat al-ilm”, KH Idris Kamali. Menantu Hadlrastussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari yang semua santrinya “menjadi orang”.

Majalah Tebuireng