Oleh: Ittaqi Hayatin Nufus*

Tuhan menurunkan beberapa titah dalam kalimat-kalimat firman. Ayat-ayat itu telah terjaga dari segala bentuk upaya dan daya dari pelapukan dan metafora. Seiring berkembangnya dunia, al-Qur’an tetaplah menjadi al-Qur’an tidak ada perubahan sedikitpun dari harakat dan hurufnya. Namun apakah tidak menutup kemungkinan al-Qur’an akan terlupakan? Pada saat seperti ini, menghafalnya adalah langkah nyata menjaganya dari kelangkahan pengetahuan tentangnya.

Generasi Islam era sekarang, lebih tangkas menirukan gaya cinta serigala dari pada gaya lagu Imam Sudais. Pemuda sekarang seringnya menghafalkan lirik-lirik lagu-lagu bagaimana bercinta dan melupakan sentuhan hangat kitab sucinya.

Ketika sekelompok manusia penghafal al-Qur’an telah tiada, maka seyogyanya penerus mereka telah tersedia. Kaderisasi Huffadz al-Qur’an sangat dibutuhkan saat ini. Pada masa nabi seorang penghafal sangatlah dimuliakan. Karena pada masa itu para penghafal merupakan orang-orang berkemampuan langkah yang perlu dilestarikan.

Kekhawatiran muncul ketika peperangan demi peperangan dijalani oleh umat muslim, banyak penghafal yang wafat. Ketakutan para sahabat saat memuncak. Berangkat dari kesadaran pribadi para orang tua, pemuda, dan anak-anak menghafal al-Qur’an. Kendati Pembukuan al-Qur’an pada masa nabi belum terbukukan secara utuh, proses pendidikan al-Qur’an konsisten terus berjalan hingga pada masa Sahabat Utsman, timbul gagasan untuk melakukan kodifikasi al-Qur’an.

Majalah Tebuireng

Haruskah mengahafal Alquran?

 (عن أبي عبد الرحمن السلمي عن عثمان ، رضي الله عنه ، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : خيركم من تعلم القرآن وعلمه (رواه البخاري  

Dari Abu Abdurahman al-Salami dari Sahabat Ustman dari Rasulullah SAW bersabda : Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari alQur’an dan mengajarkannya (HR. Bukhori)

Dimensi menghafal ayat-ayat Tuhan bukanlah semudah menghafal pelajaran atau hal-hal yang telah biasa dihafal. Menghafal al-Qur’an tidak hanya sebatas membaca dan mengingat. Namun selain membaca, mengingat juga harus mengamalkan dalam keseharian. Namun yang terakhir inilah tak banyak dari para generasi muda Islam sadari.

Menghafal al-Qur’an menurut beberapa pakar memang terbilang tidak terlalu susah jika dibandingkan dengan memahami isinya dan lebih dari itu mengamalkan kandungannya. Penghafal al-Qur’an bisa dikatakan tersebar di berbagai daerah baik perkotaan hingga pelosok. Namun kapasitas berinterpretasi dengan al-Qur’an masih harus perlu diperhatikan kelanjutannya.

Ada beberapa hadits yang menerangkan tentang keutamaan dan anjuran dalam menghafalkan al-Qur’an, di antaranya :

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس ، وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل ، وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيُدارسه القرآن ، فالرسول الله صلى الله عليه وسلم أجودُ بالخير من الريح المرسَلة

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan al-Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus” (HR. Bukhari, no.6)

Membaca Al Qur’an adalah ibadah, setiap satu huruf diganjar satu pahala.

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

barangsiapa yang membaca 1 huruf dari al-Qur’an, maka baginya 1 kebaikan. dan 1 kebaikan dilipat-gandakan 10x lipat. aku tidak mengatakan alif lam miim itu satu huruf, tapi alim satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf” (HR. At Tirmidzi 2910, ia berkata: “hasan shahih gharib dari jalan ini”)

banyak keutamaan dari membaca al-Qur’an. Maka seorang Muslim yang hafal al-Qur’an dapat dengan mudahnya membaca kapan saja dimana saja, langsung dari hafalannya tanpa harus membacanya dari mushaf. Dan ini merupakan ibadah yang agung. Ibnu Mas’ud berkata:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَعْلَمَ أَنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ فَلْيَنْظُرْ، فَإِنْ كَانَ يُحِبُّ الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ

Barangsiapa yang ingin mengetahui bahwa dia mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka perhatikanlah, jika ia mencintai al-Quran maka ia mencintai Allah dan Rasul-Nya” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, Al Haitsami dalam Majma Az Zawaid berkata: “semua rijalnya shahih”).

Solusi agar kuat mengahafal Alquran?

ada beberapa penawaran solusi sederhana dalam menghafal al-Qur’an agar tidak mudah hilang, Yang pertama, Keistiqamahan dalam membaca al-Qur’an guna tetap mengingat ayat-ayat-Nya. Kedua memperkuat pemahaman terhadap ayat-ayat guna membentuk kekuatan ingatan bagi ayat-ayat yang sudah dihafal yang ketiga yakni mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari selain guna untuk mengingat hafalan juga belajar untuk mengamalkan al-Qur’an secara sederhana.

K.H. Adlan Aly Pengasuh Pondok Pesantren Putri Walisongo dan K.H. Yusuf Masyhar Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an Tebuireng Jombang selalu berpesan pada santrinya bahwa dalam menghafal tidak hanya sekedar mampu melafalkan ayat-ayat ayat Alquran namun juga mengamalkan secara lafdzan, maknan wa amalan (lafadh, makna, dan amal)

Jika dalam menghafal al-Qur’an terjaga dan terawat dengan baik secara lafdzan, maknan wa amalan maka nikmat Tuhan di dunia dan diakhirat sangatlah jelas bagi mereka. Jaminan Allah pada penghafal yakni akan membawa bendera terdepan mengawal umat-umat muslim lainnya menuju surga-Nya. Amin ya rabbal‘alami.

*Penulis adalah santriwati Pondok Pesantren Putri Walisongo Cukir Diwek Jombang, Mahasiswi Fakultas Tarbiyah Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang dan  aktif di Sanggar Komunitas Penulis Muda Tebuireng (Kepoedang)