Perpustakaan Mahad Aly Hasyim Asy’ari Jombang.

Oleh: Sayidatul Afifah Rusda*

Perpustakaan dapat diartikan sebagai tempat dalam mengoleksi buku atau majalah. Meskipun terkadang dimiliki oleh seseorang secara pribadi. Tetapi umumnya perpustakaan diartikan sebagai koleksi besar yang dimiliki dan dikelola oleh kota, lembaga, atau institut serta dimanfaatkan oleh masyarakat atau warga sekolah.

Seiring dengan penemuan media baru, selain buku untuk menyimpan informasi, banyak perpustakaan yang  juga menyimpan akses ke map, cetak, atau hasil seni. Sehingga perpustakaan juga banyak diartikan sebagai kumpulan informasi yang bersifat ilmu pengetahuan, hiburan, rekreasi dan ibadah, yang merupakan kebutuhan hakiki manusia. 

Selain perpustakaan pusat di Tebuireng, terdapat juga di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari (Maha). Untuk mengetahui informasi seputar perpus Maha reporter tebuireng.online melakukan wawancara dengan pegawai pepustakaan di Maha yaitu ustadz Maulanida.

Sejak kapan perpus Maha ini didirikan?

Majalah Tebuireng

Sejak adanya Ma’had Aly yaitu tahun 2006. Akan tetapi dulu itu tempatnya jadi satu dengan idaroh. Kalau sekarang sudah ada ruangannya sendiri.

Kalau koleksinya apa saja?

Diantaranya ada Ulumul Quran, Ushul Fiqh, Nahwu, Fiqh Perbandingan Madzhab, Tarikh, Kutub Sittah, Tafsir Al-Qur’an sebagian buku umum dan buku produksi Pustaka Tebuireng. Kalau syarah hadistnya dulu cuma syarahnya Shohih Bukhari (Fathul Bari’) dan shohih Muslim (Mu’jam). Sekarang sudah ada  syarah Kutubu Sittah kecuali Sunan Nasa’i.

Untuk katalog buku perpus yang sudah terdata, dapat dilihat di: https://perpus.tebuireng.ac.id/katalog/

Seiring dengan perkembangan digital. Apa yang disediakan perpus Maha?

Sekarang perpus Maha sudah dilengkapi dengan software Perpustakaan Islam Digital, Syumilah NU, dan aplikasi flash tentang hadits dari Pusat Kajian Hadits. Di antara aplikasi tersebut ada yang textbase sehingga bisa dicopy-paste dan ada yang non-textbase.  Sekitar 90 Gigabytenya berisi pdf hasil scan berbagai kitab. Untuk penelitian hadits, juga tersedia aplikasi Gwami’ Kalim. Aplikasi ini berfungsi untuk pencarian hadits di 1400 kitab beserta seluruh biografi para perawi haditsnya. Dan wifi juga sehingga komputer di sana juga dapat digunakan untuk mencari data, informasi atau bermedia sosial.

Apa dengan adanya perpus digital ada perubahan minat untuk ke perpus?

Ada. Teman-teman lebih seringg ke perpus apalagi sekarang sudah ada meja komputer tersendiri juga penataan kampus yang nyaman.

Siapa yang dapat meminjam buku di perpus dan adakah ketentuan tertentu?

Mahasantri aktif dan dosen Mahad Aly saja, klw ketentuannya hanya meminjam selama 1 minggu.

Apa saja yang dilakukan mahasantri saat ke perpus?

Mahasantri yang ke perpus untuk mengerjakan tugas dengan aplikasi digital library, walaupun tidak banyak. Biasanya mahasantri datang ke perpus untuk istirahat, sholat, diskusi halaqah, rapat, mencari hadits dari kitabnya langsung, dan pinjam kitab untuk halaqah malam Selasa. Jarang ada yang datang untuk membuat makalah dengan komputer perpus lantaran mereka sudah punya laptop dan shamela/pdf yang dibutuhkan.

Minat atau kebutuhan untuk membaca buku pdf dalam aplikasi digital library, juga tidak nampak. Sebabnya karena kebutuhan referensi sudah tercukupi dengan maktabah shamela, kitab yang telah mereka beli, dan pdf yang beredar di internet. Kita juga belum punya budaya pinjam buku karena tertarik dengan pembahasan buku itu dan ingin menghatamkannya. Maklum, mayoritas koleksi perpustakaan berbahasa Arab.

Kalau pengelompokannya berdasarkan apa?

Buku dikelompokkan berdasar sistem klasifikasi DDC (Dewey Decimal Classification) edisi 23. Hanya saja, tidak konsisten. Misalnya: pengelompokan kitab tafsir dengan kode 297.1226 dipecah jadi tiga: Tafsir bi Al-Ra’yi Al-Madzmum, Tafsir bi Al-Ra’yi Al-Mahmud, Tafsir bi Al-Ma’tsur, Tafsir fi Al-Ashri Al-Hadits. Kemudian kitab hadits disatukan dalam kode 297.1257. Kitab Qaidah Fiqih dan Ushul Fiqih juga tidak mempunyai kode khusus dalam DDC sehingga disamakan dengan Fiqih.

 *Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari.