tebuireng.online- “ Filosofi proses itu adalah biarkanlah anak belajar dengan sendiri meskipun membutuhkan waktu yang lama, jika anak terbiasa dilatih maka belajarnya harus dituntun terus menerus dan susah untuk belajar mandiri”. Demikian cuplikan perkataan Prof. Dr. KH. Muchlas Samani, sebagai pemateri seminar pendidikan yang diselenggarakan Pascasarjana  UNHASY Tebuireng pada Kamis (17/05/15). Lebih lanjut lagi menurut KH Muchlas , hasil belajar sendiri tergantung pada inovasi yang ada dalam kelas/sekolah, bahwa dalam pendidikan kedepan  bukannya anak diajar apa, melainkan anak belajar apa. 

Sedangkan Imam Suprayogo sebagai salah satu pembicara pembanding yang juga menjabat ketua Yayasan UNHASY mengatakan bahwa orang Indonesia hanya memaknai kiblat itu menghadap/ arah pada saat shalat dan mati, itu jika dilihat dari kiblat Ka’bah maka itu adalah benar. Tetapi, ketika dalam hal Ekonomi kiblat Indonesia adalah negara China, ketika hal Teknologi kiblatnya pada negara Jepang dan Jerman, ketika hal Pendidikan kiblatnya pada negara Amerika dan Eropa, ketika dalam hal Hukum berkiblat pada negara Belanda.

Guru tetap menjadi tombak dalam sebuah kurikulum, sehingga peran guru sangat penting dalam berjalannya kurikulum. Ada beberapa macam-macam guru yaitu, good teacher, best teacher, dan greet teacher. Mengenai keilmuan dapat dihasilkan dari observasi dan eksperimen. Sedangkan ilmu dasar terbagi tiga yaitu, alam, sosial, dan humaniora. mempelajari ilmu tersebut dalam konteks untuk memahami dan mengenal ciptaan Allah di sekolah maupun di madrasah, dan mempelajarinya sampai mengucapkan rasa kagum atas keagungan Allah.

Kurikulum nasional adalah suatu kurikulum sebagai standar minimal yang diterapkan di seluruh indonesia, dengan tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, kreatif dan dapat bertanggung jawab. Selaku Dosen UNHASY, Imron Arifin mengungkapkan, “Kurikulum yang sukses itu adalah kurikulum yang hidup dengan baik”.(Anita/Fani/ Fao)

Majalah Tebuireng