Anggota Dewan Pers, Imam Wahyudi, menjadi pemateri seminar nasional tim Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy’ari Tebuireng di Darussalam Banyuwangi. Ia menjelaskan materi terkait bahaya hoaks, pembuat dan korban yang menyebarkan hoaks pada masyarakat, Sabtu (2/2/19). (Foto: Panitia)

Tebuireng.online- Anggota Dewan Pers, Imam Wahyudi, menjelaskan terkait urgensi pemecahan masalah penyebaran hoaks akhir-akhir ini. Menurutnya, pembuat berita hoaks sebenarnya sangat sedikit, yang lebih banyak adalah oknum-oknum lain yang justeru tidak memiliki kepentingan apapun atau tidak tahu, mereka menjadi korban adanya penyebaran hoaks tersebut.

“Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang pers, media sosial, hoaks, dan kita,” ungkap Imam Wahyudi mengawali pembahasannya dalam seminar nasional, Sabtu (2/2/19) di Pesantren Darussalam Banyuwangi.

Menurut Imam Wahyudi, peran pembuat hoaks dalam persebarannya sangatlah sedikit, dan justru yang lebih banyak berperan ialah oknum-oknum lain yang justru tidak memiliki kepentingan apapun dan tidak tahu dan menjadi korban dari adanya hoaks tersebut, “hoaks itu seperti kepiting, bekerjanya hanya 10%, sisanya orang lain yg mengerjakan,” jelasnya.

Anggota Dewan Pers ini mengungkap bahwa ia sengaja masuk ke berbagai forum untuk mengetahui perkembangan persebaran hoaks, dan fakta lapangan yang ia temukan ternyata sangat memperihatinkan, “jika survei yang dilakukan pemerintah di tahun kemarin 60.000 hoaks, maka fakta real di lapangan justru lebih dari itu,” ungkapnya.

Imam Wahyudi mengungkapkan keperihatinannya terkait fenomena persebaran hoaks yang  dapat menimbulkan efek jangka panjang. “Hoaks itu sudah menyentuh hal-hal yang esensial yang berbahaya bagi kehidupan kita selanjutnya, seolah-olah untuk kepentingan pemilu, atau menyerang program pemerintah, namun efeknya jangka panjang,” tutur beliau.

Majalah Tebuireng

“Misalnya hoaks tentang vaksin miningitis, vaksin ini program pemerintah untuk pencegahan penyakit, tapi dibuat hoaks, bahwasannya vaksin yang ada itu terbuat dari babi, sampai-sampai di suatu daerah di Kalimantan Utara, satu sekolah tidak berkenan melakukan vaksin,” imbuhnya.

Dalam contoh ini, lanjutnya, sebenarnya pembuat hoaks ingin menyerang program pemeritah, namun efeknya jangka panjang, sebab terkait dengan kesehatan masyarakat. “ketika ramai penculikan anak kecil, yang hoaks adanya foto organ dalam yang dicecer dan dimasukkan ke dalam karung, dikatakan bahwa ini organ dalam anak kecil korban penculikan, padahal itu organ dalam babi,” Imam Wahyudi menegaskan bahwa hal semacam ini sangatlah berbahaya, sebab menimbulkan ketakutan dalam diri masyarakat atas sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.

Kemudian, setelah memaparkan berbagai contoh hoaks dan bahaya yang ditimbulkan, ia  memberikan arahan kepada para peserta seminar untuk mengatasi kondisi darurat hoaks semacam ini dengan kembali kepada perintah Al Quran dan sunnah.

“Saya ini sudah lama terjun dalam dunia jurnalisme, dan solusi yang saya rasa paling efektif ialah kembali kepada perintah Al Quran dan sunnah, yakni verifikasi atau tabayyun.” pungkasnya.

Pewarta: Nailia M

Editor/Pubsliher: RZ