Pemateri Psikologi Remaja, Pak Rudi Cahyono saat menerangkan materi kepada peserta Diklat Kader Pesantren Tebuireng, Selasa (18/10/2016)

tebuireng.online—Remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Di Pesantren, usia para santri dapat dikategori masuk pada masa remaja. Untuk memberikan bekal pengetahuan cara penanganan remaja, Peserta Diklat Pesantren Tebuireng angkatan kedua diberikan bekal materi tentang psikologi remaja. Materi tersebut disampaikan oleh pakar psikologi pendidikan dan konsultan pengasuhan, Rudi Cahyono selama dua hari, Senin-Selasa (17-18/10/2016).

“Masa muda masa yang berapi-api,” begitu penulis cerita anak ini mengawali materi dengan mengutip satu lirik lagu Raja Dangdut Rhoma Irama. Diibaratkan seperti api, katanya, dikarenakan masa muda adalah panas, membara, semangat membakar, bergelora, tetapi tidak stabil. Selain sebagai masa peralihan, lanjutnya, masa muda adalah masa penuh perubahan dan penuh masalah. Pada masa itu juga remaja mengalami pubertas dan adolensi.

Menurut penulis buku Daily Parenting ini, pubertas dan adolenso adalah dua hal yang berbeda, tetapi berkaitan. Pubertas adalah perubahan fisik, sedangkan adolensi adalah proses perkembangan psikososial seseorang menuju kedewasaan. “Jadi harus mulai dibedakan antara pubertas dan adolensi ya,” pinta pemateri yang selalu mengajar dengan ceria itu.

Pemateri juga menerangkan bahwa terlalu cepat puber dan telat puber antara laki-laki dan perempuan berbeda. Jika lak-laki mengalami pubertas yang terlalu cepat akan menerima diri meraka secara fisik dan cepat bersosial dengan orang lain, tetapi kurang memperhatikan prestasi dan karirnya, maka perempuan yang pada awalnya bangga dengan fisiknya karena populer di mata laki-laki, pada akhirnya akan merasa tidak puas karena tubuh cenderung pendek dan montok.

Apabila laki-laki telat mengalami masa puber, mereka memiliki indentitas diri yang lebih kuat, karena waktu bagi mereka untuk mengeksplor diri lebih panjang, sedangkan perempuan yang terlambat puber, cenderung lebih puas dengan perkembangan tubuh karena tumbuh tinggi dan langsing. Namun, lanjut Dosen Psikologi Unair tersebut, sekarang pubertas yang terlalu cepat pada remaja perempuan, dalam banyak kasus, malah memunculkan masalah, seperti rokok, minuman keras, narkoba, depresi, eating disorder, menuntut kebebasan dari orang tua, bahkan terjadi early dating (pengalaman seks yang terlalu dini) dan pendidikan rendah.

Majalah Tebuireng

Beberapa ciri-ciri remaja adalah terdapat kecanggungan, emosi labil, menentang dan menantang orang tua, gelisah, suka coba-coba (eksperimantasi) dan melakukan eksplorasi, banyak fantasi, khayalan dan bualan, cenderung membentuk kelompok dan kegiatan kelompok, serta merasa tertarik dengan lawan jenis. Sifat-sifat negatif yang ada dalam ramaja itu, menurut Pak Rudi, tak perlu dianggap sebagai keburukan, tetapi justru merupakan proses dan fase perubahan dan perkembangan mereka.

Pak Rudi Cahyo juga menjelaska bahwa tak semua orang sukses dalam mengalami tugas perkembangan masa remaja. Jika sukses, seseorang akan dapat mengenali dirinya dengan baik, mempu mengelola kekuatannya, percaya diri, yakin akan tujuan, dan mantap dalam melangkah. Namun, tak jarang remaja yang gagal dalam tugas perkembangan mereka, sehingga mereka stress, determinasi diri lemah, galau, percaya diri jatuh, putus asa dan menyerah. Untuk itu, dalam menghadapi santri yang notabene adalah remaja, pembina harus menerapkan 4 pilar pengembangan diri, yaitu mengenali diri, mengelola diri, mengenali lingkungan, dan manajemen relasi. (Abror)