Mekkah (sumber foto: www.google.com)

Oleh: Rafiqatul Anisah*

Mekkah sebagai pusat hijaz adalah tempat bertemunya para khalifah selatan dan utara, timur dan barat. Setiap musim dingin dan panas, penduduk Mekkah melakukan perjalanan ke daerah Romawi dan Persia. Hal tersebut akan memudahkan penyebaran dakwah. Lalu benarkah Nabi Muhammad diutus ke Mekkah sebab mayarakat Mekkah paling bejat?

Profesor Quraisy Shihab menyangsikan tesis tersebut. Beliau berpendapat bahwa pada masa Nabi diutus, terdapat dua adikuasa. Pertama Persia yang menyembah api dan ajaran Mazdak mengenai kebebasan seks yang masih berbekas pada masyarakatnya sehingga permaisuripun menjadi milik bersama. Kedua Romawi yang Nasrani yang masih dipengaruhi oleh budaya Kaisar Nero yang memperkosa ibunya sendiri dan membakar habis kotanya. Kedua adikuasa ini besikukuh untuk merebutkan wilayah Hijaz. Karenanya islam tidak mungkin hadir di keduanya atau salah satunya.

Faktor pendukung lainnya ialah bahwa penduduk Mekkah belum tersentuh peradaban, sehingga pada saat itu, mereka belum mengenal yang namaya nifaq, memiliki sifat keras kepala serta tajamnya lidah mereka sebagaimana diterangkan dalam Q.S Al- Ahzab: 19.

Sulit dibayangkan jika pada awal Islam sudah ada kemunafikan, sementara yang paling berpengaruh di Mekkah adalah Quraisy. Suku Quraisy ini memiliki dua keluarga besar yaitu Hasyim dan Umayyah. Bani Hasyim memiliki sifat lebih mulia daripada Bani Umayyah. Dari Bani Hasyimlah Nabi Muhammad lahir.

Majalah Tebuireng

Mengingat besarnya pengaruh suku Quraisy di kalangan penduduk Mekkah, mula-mula Nabi Muhammad diperintah untuk menyebarkan Islam di kalangan kerabatnya yaitu dua keluarga besar (klan) yaitu Bani Hasyim dan Bani Umayyah,, sebagaimana diterangkan dalam QS Asy-Syu’ara 214-215.

Ketika Nabi Muhammad mengumpulkan keluarganya dalam suatu jamuan, mengajak mereka ke jalan Allah, namun mereka menolak mentah – mentah, hanya Ali bin Ali Thalib yang bersedia dan mau menjadi pembantunya. Puluhan orang yang hadir menertawakan Nabi Muhammad, tentu bisa dibayangkan bagaiamana perasaan Nabi saat itu.

Ketika Islam hadir di Mekkah, dapatlah dibaca dalam beberapa literatur bahwa pada periode Mekkah bercirikan ajaran tauhid. Namun tidak hanya teologis saja, tetapi juga meliputi keadilan sosial, perhatian kepada anak yatim, fakir miskin, dan pembebasan budak. Selain itu, ajaran islam juga melingkupi persamaan derajat manusia yang menimbulkan penolakan keras penduduk Mekkah terhadap Nabi Muhammad.


Sumber: Disarikan dari buku “Ashabul Kahfi Melek 3 Abad” Bagian 4 (Saat Akal Sehat Menjelajah Al – Quran). Karya: Dr. H. Nadirsyah Hosen, L.L.M., M.A. (Hons), Ph.D. dr. Nurussyariah Hammaddo S.Ked., M.App.Sci., M.Neurosains.

*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.