tebuireng.online-Diskusi merupakan salah satu metode efektif dalam pembelajaran. Selain melatih interaksi secara verbal, juga melatih keberanian peserta diskusi untuk menyampaikan pendapat dan gagasan. Menurut buku besar bahasa Indonesia diskusi mampu mengembangkan berbagai potensi dalam diri manusia ketimbang belajar sendiri. Diantaranya mengembangkan daya fikir, mengasah proses kreatif dan analitis, mengembangkan pengetahuan dan pengalaman dan sebagainya.

Diskusi ini kemudian banyak menginspirasi kaum pelajar dalam mengembangkan wawasan intelektualnya. Salah satunya mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asyari Tebuireng yang menyelenggarakan diskusi di area kampus, kamis (05/11/14). Diskusi ini merupakan agenda rutin yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasantri setiap hari rabu.

Selain memiliki banyak manfaat, diskusi merupakan tradisi para ulama’ terdahulu dalam Muthola’ah sebuah pelajaran. Dalam prakteknya diskusi dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari beberapa orang dan didampingi seorang guru sebagai pen-Tashih. Atau juga membentuk kelompok besar dan membahas bersama permasalahan yang dihadapi. Sampai sekarang kegiatan diskusi (musyawarah) jamak terjadi di pesantren-pesantren Indonesia.

“Kegiatan diskusi ini diadakan untuk mengasah dan menambah keilmuan para mahasantri. Sebab saya tidak ingin teman-teman menjadi katak dalam tempurung. Mereka harus memiliki wawasan seluas-luasnya. Keilmuan itu harus dinamis, bukan stagnan. Oleh karena itu saya ingin sekali diskusi ini menjadi sebuah budaya yang mendarah daging dalam diri setiap mahasantri” ujar Abdul Wajid Mawarzi yang menjabat Ketua I (satu).

Santri dituntut mampu menguasai litelatur klasik dan memiliki wawasan luas tentang kehidupan sosial dan kebangsaan. Sehingga nanti mampu melahirkan pemimpin-pemimpin handal dalam berbagai bidang dengan berbasis kepesantrenan, seperti Gus Dur, KH. Wahid Hasyim, KH. Wahab Hasbulloh, KH. Mutamakkin, KH. Bisri Sansuri dan sebagainya. (M.Septian)

Majalah Tebuireng

activate javascript