Gus Irfan Wahid atau Ipang Wahid menjelaskan tentang Industri Kreatif dalam WIsuda Purna Siswa Yayasan KH. M. Hasyim Asy’ari Pesantren Tebuireng pada Jumat (13/05/2017). (Foto: Kopi Ireng).

Tebuireng.online— Menyampaikan orasi ilmiah dalam Wisuda Purna Siswa Yayasan KH. M. Hasyim Asy’ari Pesantren Tebuireng pada Jumat (13/05/2017), Ketua Pokja Industri Kreatif dari Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), H. Irfan Wahid menjelaskan tentang pengembangan industri kreatif.

Pria yang lahir di Jakarta, 25 Februari 1969 dan akrab disapa Gus Ipang Wahid itu, dalam orasinya menyampaikan, generasi muda dituntut harus bisa mengembangkan industri kreatif. Hal itu menurutnya lebih karena kreatifitas bukanlah sumber daya alam dan keberadaannya tidak akan punah.

Pengusaha di bidang periklanan ini menjelaskan bahwa zaman sekarang kesempatan untuk sukses jauh lebih terbuka dari pada zaman dulu. Hal itu, menurutnya disebabkan oleh perkembangan Informasi dan Teknologi (IT) yang masif, sehingga arus informasi mudah diperoleh. IT juga bisa membantu mempermudah industri kreatif, misal industri berbasis digital dan online.

Ia berpesan agar generasi sekarang bisa menjadi generasi kresek. “Kresek itu tidak berusahan mencari perhatian tapi dibutuhkan banyak orang. Kresek itu singkatan dari kreatif, saleh, dan keren,” kata anggota Dewan Penasehat Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) itu.

Menurut Gus Ipang, para siswa kalau ingin menjadi pengusaha tidak usah menunggu dewasa atau tua, bisa memulai dari masa sekolah dengan memanfaatkan kemampuan di bidang industri kreatif. Bagi putra Pengasuh Pesantren Tebuireng KH. Salahuddin Wahid itu, kreatifitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan baru dalam proses pemecahan sebuah masalah.

Majalah Tebuireng

Pria yang juga bekerja sebagai konsultan komunikasi dan branding ini, mengatakan bahwa trend global sekarang ini anak umur belasan sudah bisa mengembangkan usaha industri kreatif berbasis online dan digital. “Maka dari itu, seharusnya adik-adik ini bisa mengembangkan potensinya,” terang pemilik rumah produksi 25 Frames itu.

Tenaga kerja di Indonesia, lanjut Gus Ipang, sangat lah banyak. Namun barang-barang yang tersedia masih banyak yang impor dari luar negeri. “Kita itu tidak terbiasa menjadi bangsa pembuat, tapi menjadi bangsa pemakai,” kritik pria bernama asli Irfan Sudirman tersebut.

Gus Ipang menolak anggapan bahwa negara ini kaya akan aset sumber daya alam seperti minyak dan sebagainya. Menurutnya, SDA itu sebentar lagi sudah habis, karena ketersediaannya terbatas. Untuk itu, tambah Gus Ipang, perlu adanya optimalisasi sumber daya manusia sebagai aset jangka panjang.

Terakhir, Gus Ipang memberikan rumusan jitu untuk menjadi generasi kreatif, yaitu harus lebai (dilebih-lebihkan) dalam berusaha, dalam artian tidak biasa-biasa saja, harus kepo (rasa ingin tahu tinggi), dan harus baper (bawa perasaan), dalam artian menggunakan sentuhan rasa dan passion dalam penngerjaan produk-produk kreatif.

Selain dihadiri oleh Pengasuh Pesantren Tebuireng Dr. Ir. KH. Salahuddin wahid dan Nyai. Hj. Farida Salahuddin Wahid, juga tampak hadir Ketua Yayasan KH. M. Hasyim Asy’ari, dr. Ali Faisal, dan Wakil Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mafudz beserta Nyai Hj. Lelly Abdul Hakim.

Datang pula seluruh kepala sekolah dan dewan guru dari semua unit pendidikan di lingkungan Pesantren Tebuireng, serta wali santri dari 1013 wisudawan-wisudawati dari tujuh unit pendidikan.


Pewarta:       M. Abror Rosyidin

Editor:          Munawara

Publisher:     M. Abror Rosyidin