Pengasuh Pondok Putri Pesantren Tebuireng, KH. Fahmi Amrullah saat menyampaikan ceramah keagamaan dalam penutupan festival dai nasional di Tebuireng, Kamis (16/1).

Tebuireng.online—Pengasuh Pondok Putri Pesantren Tebuireng KH. Fahmi Amrullah (Gus Fahmi) berkesempatan hadir sebagai pembicara dalam acara penutupan festival dai nasional yang diselenggarakan oleh Kumpulan Dai Tebuireng (Kudaireng), di halaman pesantren pada Kamis (16/1/20).

Gus Fahmi sampaikan beberapa hal penting mengenai tanggung jawab umat Islam sebagai penyandang gelar umat yang terbaik, yang tertera dalam Al-Qur’an “kuntum khaira ummatin ukhrijat linnas” (kalian adalah sebaik-baik umat yang diperuntukkan kepada manusia). Ayat itu salah satu bukti bahwa menjadi umat muslim merupakan anugerah terbesar yang diberikan Allah.

“Sesungguhnya gelar itu tidak sesuai dengan fakta. Yang pada faktanya umat Islam mengalami kemunduran daripada umat-umat non-muslim saat ini. Khususnya dalam bidang adab dan akhlak,” saat itu Gus Fahmi memberi contoh negara Denmark, yang dinobatkan sebagai negara paling bahagia di dunia sebab kejujuran penduduknya.

Lalu ada juga negara Belanda yang dikabarkan telah menutup 25 penjara, lanjutnya karena tingkat kejahatan di sana hampir nihil. Masalahnya, hal-hal tersebut bertolak belakang dengan fakta yang terjadi di Indonesia. Padahal Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, yang seharusnya memiliki nilai luhur keislaman di dalamnya.

Gus Fahmi berpendapat penyebab runtuhnya keislaman pada diri umat muslim adalah kurangnya perhatian mereka pada Al Quran. Mereka hanya mau mendengar lantunan ayatnya, tanpa menghiraukan dan mengkaji isinya. Padahal kitab suci umat Islam itu mengandung seratus lebih nilai-nilai adab dan akhlaq. Tapi, Nilai-nilai tersebut kelamaan luntur dari penduduk muslim Indonesia.

Majalah Tebuireng

“Jadi solusi yang paling tepat yakni dengan cara mengkaji dan mengamalkan kandungan Al Quran. Dan pengamalan kandungannya tidak mampu dilakukan ketika jiwa-jiwa umat Islam masih belum bersih. Akibatnya adalah suatu negara tidak akan pernah maju. Rusaknya rakyat karena rusaknya pemimpin, rusaknya pemimpin karena rusaknya ulama, dan rusaknya ulama karena mereka mencintai harta dan kedudukan,” ungkap Gus Fahmi yang mengutip perkataan Imam Ghazali.

Pewarta: Yuniar Indra