ilustrasi: www.google.com

Oleh: Rara Zarary*

Kita tidak akan pernah terlepas dari tatap doa dan diskusi ucap dalam dekap. Kita adalah dua manusia paling mengerti bagaimana cara menghapus luka dengan pelukan, menyembuhkan duka dengan cara-cara sederhana seperti pertemuan. Kita saling mengingatkan bagaimana agar pada akhirnya tidak ada yang saling melukai, meski itu adalah hukum alam: kita adalah dua tokoh berlawanan arah namun satu tujuan “membangun satu rumah”, kelak kita namai rumah Senja. Seperti kamu, Senja itu indah dan aku selalu jatuh dalam pelukan-pelukan meski sementara.

Aku sebut kamu, Senja. Keindahan yang tidak akan pernah aku lupa warnanya, harumnya, bahkan nuansa klasiknya: menyimpan begitu dalam kenangan yang selalu hangat diingatan. Kamu dan aku akan selalu bertanya pada waktu, kapan bertemu, kapan sungguh tak lagi menjadi sekadar tamu, atau bahkan mengapa pada awalnya alasan terkuat kita bertemu. Tentunya aku selalu punya jawaban atas pertanyaan-pertanyaanmu.

Terima kasih, telah begitu pandai mengajakku menikmati perjalanan meski singkat. Menjadi orang penting dalam segala arah, setiap detak, dan seluruh catatan perjalanan yang penuh dengan kata begitu indah. Pada akhirnya segala tulisanku akan berterima kasih padamu.

Ada saja alasan bagi alasan untuk merencanakan perjalanan ini, bertemu, berpisah, lalu kembali pada masing-masing jalan yang tak jarang membuat patah. Namun disitu kita akan tumbuh lebih kuat dengan akar-akar luka yang membuat kita tidak akan lagi bersandar pada sedih dan luka yang memerah. Biar, cukup Senja yang indah dengan mereh jingga- jangan luka.

Majalah Tebuireng

Nanti, aku tulis cerita-cerita kita dengan rapi. Di mana kita sama-sama memilih sendiri beberapa waktu –lalu kembali, atau ternyata masing-masing hingga akhir cerita ini- semua adalah pilihan kita. Kamu dengan segala cerita baru, aku dengan semua kenangan yang abu-abu menjadi abu, biar dibawa aliran air hujan hingga ke hulu. Atau kita akan kembali bersama, melukis kembali deorama Senja yang tak pernah purna dimakan cerita-cerita manusia. Karena Senja akan selalu ada, memberi cerita, atau bahkan menutup luka yang basah beberapa masa. Kita hanya penikmat, dan alam yang akan bekerja selebihnya.

Kamu seperti Senja.

Indah.

Menenggelamkan.

Terakhir -tidak pernah purna diantara luka dan rindu yang mendera-