amalan di hari id
Ilustrasi: Perayaan Idul Fitri

Tak terasa sebentar lagi bulan Ramadan sudah akan meninggalkan kita semua dan akan memasuki Hari Raya Idul Fitri. Hari Raya Idul Fitri ialah hari di mana umat Islam merayakan kemenangan karena telah menunaikan puasa sebagai perintah Tuhan. Namun di sisi lain, Hari Raya idul Fitri juga menjadi akhir dari bulan special di mana pahalanya dilipatgandakan. Patut kiranya di akhir bulan dan sekaligus Hari Raya ini menjadi momen akhir, yang kita isi dengan berbagai amalan yang dianjurkan.

Ada beberapa amalan yang dianjurkan saat datangnya Hari Raya Idul Fitri:

Pertama, membaca takbir, dengan lafadz sebagai berikut:

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Takbir ini dibaca di mana saja dan kapan saja. Baik dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring, dan sebagainya. Sedangkan waktu membacanya dimulai dari waktu maghrib tanggal 1 Syawal hingga shalat ‘Id dilaksanakan. Berbeda dengan Idul Adha, maka takbir ini dibaca setelah terbenamnya matahari di malam ‘id hingga berakhirnya hari tasryik (10-13 Dzulhijjah). Adapun faidah dari membacanya ialah mendatangkan cinta Tuhan. Jika Tuhan sudah cinta, tentunya semua akan diberikan sebelum kita memintaNya.

Majalah Tebuireng

Kedua, ialah membaca istighfar. Dengan bacaan:

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيْمِ

Dibaca sebanyak 100 kali setelah shalat subuh di hari ‘id. Sedangkan faidahnya ialah menghapus catatan dosa dan menghindarkan dari siksa neraka.

Ketiga, ialah membaca tasbih, sebagai berikut:

سُبْحَانَ اللَّه وَبِحَمْدِهِ

Dibaca sebanyak 300 kali, dengan niat dihadiahkan pada seluruh umat Islam yang telah meninggal. Sedangkan faidahnya ialah setiap kubur umat Islam dikaruniai seribu nur/cahaya oleh Allah Swt, dan kelak orang yang membacanya juga akan diberi seribu cahaya.

Amalan di atas berlaku umum, baik Hari Raya idul Fitri maupun Idul Adha. Wallahua’lam


Sumber dari kitab al-Adzkar, hal. 155 dan Kanzun al-Najah Was  al-Surur, hal. 269-270.


Ditulis oleh Faizal Amin, mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari