Foto: dokumentasi Tebuireng Online

Oleh: Ipoel Simatoepang*

Suara pengeras suara di lapangan upacara pada Senin pagi  memanggil peserta upacara untuk segera memasuki lapangan upacara bendera agar upacara segera dapat dimulai.  Rutinitas yang menggemaskan pada Senin pagi  adalah komando bagi peserta upacara untuk segera berbaris memasuki lapangan upacara.

Para siswa yang mengikuti upacara terlihat bersemangat memasuki lapangan upacara.  Baju yang tertata rapi,  sepatu hitam yang bersih, kaos kaki berwarna putih menghiasi penampilannya. Terlihat serasi dibanding mata di pagi yang cerah.

Para guru memeriksa seragam siswanya dengan teliti mulai dari baju sampai sepatu, apakah sesuai peraturan sekolah apa tidak.  Pemeriksaan yang begitu teliti agar siswa diharapkan dapat disiplin dan mentaati peraturan yang berlaku di sekolah.

Guru Bimbingan Konseling (BK) bertugas seperti malaikat Munkar dan Nakir yang mencatat segala macam pelanggaran kedisiplinan murid-muridnya agar memiliki catatan hitam sebagai alasan untuk memanggil orang tua ke sekolah untuk di interogasi dan diberi laporan bahwa anaknya tidak dapat mengikuti aturan dengan baik.

Majalah Tebuireng

Orang tua yang dipanggil oleh guru BK  kadang-kadang juga “plonga plongo” atau kebingungan atas laporan sekolah tersebut. Lha wong anak tak sekolahkan biar pinter kok malah dilapori oleh sekolah di sekolah kalau anaknya tidak dapat mengikuti aturan di sekolah. Jan mbingungi (sungguh membingungkan) para orang tua kalau seperti ini.

Guru BK dengan detail akan menyampaikan semua pelanggaran siswa agar orang tua tidak dapat mengelak kalau anaknya bersalah melanggar segala macam aturan terkait upacara hari Senin. “Ngeten lho Bapak/Ibu, kami panggil orang tua ke sekolah agar mengetahui pelanggaran uang sudah dilakukan putra/putri Bapak Ibu. Pada Senin saat upacara tidak memakai sabuk warna hitam. Pada Senin upacara berikutnya pakai sepatu warna putih dan memakainya diinjak, rambut sebelah kanan dan kiri terlalu pendek sedangkan rambut bagian belakang kepanjangan.

Guru BK biasanya menghadapi orang tua yang biasanya berdua atau bertiga didampingi oleh Wakil Kepala (Waka) Kesiswaan. Dengan gaya berwibawa Waka Kesiswaan menjelaskan panjang lebar peraturan-peraturan sekolah sambil tangannya menuding ke sana ke mari untuk meyakinkan kepada orang tua siswa bahwa pelanggaran yang bertumpuk akan mempengaruhi keberadaan siswa di sekolah.

Waka Kesiswaan menyampaikan dengan bahasa yang suaranya dibuat agak berat agar kelihatan berwibawa. “Sekolah sudah memberi poin 100 kepada Bapak/Ibu. Poin ini berlaku selama tiga tahun ketika anak bersekolah di sekolah ini. Sampai saat ini putra Bapak/Ibu sudah menghabiskan poin yang ada karena sudah melanggar peraturan yang ada di sekolah.”

Kembali ke lapangan upacara, Kepala Sekolah sebagai pembina upacara memberikan amanah kepada peserta upacara berupa nasihat-nasihat terbaik kepada seluruh stakeholder sekolah agar dapat mematuhi segala macam aturan di sekolah supaya dapat berjalan dengan baik sistematis di sekolah. Murid-murid yang mengikuti amanat pembina upacara sambil nyengir terkena siraman matahari mendengarkan amanah panjang lebar tersebut dengan seksama.

Saking panjang lebarnya amanat dari pembina upacara, apa yang disampaikan di suasana yang mulai panas mengakibatkan kuping terasa penuh mendengar nasehat itu. Saking penuhnya nasehat akhirnya amanat yang bagus itu masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.

Akhirnya upacara bendera hari senin tidak mencapai harapan bahwa upacara dapat menigkatkan pendidikan karakter bagi peserta didik mulai dari kedisiplinan, tanggung jawab dan kejujuran sebagai kunci keberhasilan sekolah dalam pendidikan karakter agar sekolah dapat berkarakter.

Kondisi upacara hari Senin Jaman Now ini juga dilakukan oleh seluruh instansi pemerintah dari pusat sampai di daerah. Semua instansi kementerian, pemerintah provinsi, penegak hukum, eksekutif dan legislatif melakukan upacara dengan tujuan masing-masing dalam memaknai upacara benderà ini.

Aura upacara bendera hari Senin seharusnya membawa perbaikan kondisi negeri ini karena sudah dilakukan secara rutin selama berpuluh-puluh tahun. Paling tidak dampak upacara bendera hari Senin dapat dirasakan secara langsung di kehidupan masyarakat dengan taatnya mereka kepada Undang-Undang yang berlaku di negeri ini.

Tidak dapat dibayangkan para pelaksana pemerintahan begitu gagahnya memberikan sambutan saat upacara bendera, mereka memberikan arahan terbaik kepada apraturnya untuk melaksanakan tugas pelayanan terbaik bagi masyarakat dengan bahasa yang meyakinkan serta tekanan kalimat yang memukau bagi peserta upacara untuk taat aturan pada undang-undang.

Kepala Daerah memberikan amanat upacara yang menggebu-gebu sambil memberikan contoh-contoh yang terbaik untuk dilaksanakan oleh anak buahnya. Memberikan amanat untuk menjadi tauladan dalam mengabdi kepada masyarakat tanpa pungutan liar agar tercapai pemerintahan yang adil dan sejahtera.

Kenyataannya ada oknum kepala daerah di Operasi Tangkap Tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (OTT KPK) karena kasus suap dan korupsi. Ada oknum penyelenggara pemerintah yang lain juga di OTT KPK. Ada oknum penegak hukum yang di OTT KPK. Ada oknum penasehat hukum dijerat hukum. Ada oknum jaksa di OTT KPK. Ada oknum menteri jadi tersangka KPK. Ada oknum anggota DPR di OTT KPK.  Ada oknum dari militer di OTT KPK. Ada oknum kepolisian Jadi tersangka KPK. Ada oknum pejabat-pejabat lain jadi tersangka KPK.

Semua ini pernah merasakan upacara Senin dan hari-hari besar yang lain di instansi masing-masing. Ketika upacara tentunya selalu dapat amanat terbaik agar dapat membantu membangun negeri ini sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya untuk tercapainya kemakmuran dan keadilan di negeri ini.

Dengan kondisi hasil upacara yang tidak berdampak kepada pengembangan pendidikan karakter tentunya perlu dibuat formula yang brilian agar hasil upacara dapat menjadi aspek penguatan karakter tanggung jawab, disiplin, jujur, dan cinta tanah air sebagai salah satu pondasi penguatan karakter bangsa.

Upacara sejatinya dapat berdampak maksimal “for all” pada semua lapisan masyarakat untuk bersama-sama membangun kebaikan negeri ini. Kebaikan untuk saling bersama dan saling menghargai sesama manusia yang beragama dan berketuhanan yang Maha Esa. Menghilangkan saling curiga dan permusuhan yang akan melemahkan bangsa Indonesia.

Jika Upacara Bendera Hari Senin Dalam Peningkatan Pendidikan Karakter “For All Jaman Now”  dapat dimaknai sesungguhnya pada seluruh komponen masyarakat maka bangsa Indonesia kondisinya tidak seperti sekarang ini. Segala macam kehancuran sudah mulai nampak di depan mata.

Jika upacara bendera Hanya dianggap sebagai rutinitas dan sebatas seremonial tanpa bekal maka ke depan perlu dibuat langkah-langkah strategis agar upacara hari Senin dapat memberi bekal yang signifikan kepada semua peserta upacara.


*) Penulis adalah penikmat pendidikan