Sumber foto: http://kingpromosi.com/kingtips-glossymuslim/2016/04/09/tips-marketing-ala-rasulullah/

Oleh: Silmi Adawiya*

Hidup selalu beriringan dengan dua nada yang berbeda. Sedih bahagia, tua muda, hitam putih, kaya miskin dan lain-lain. Hidup  memang didesain banyak cobaan, ketakutan, kelaparan dan sejenisnya. Allah hanya ingin melihat mana hambaNya yang kuat dan takwa, serta memperhatikan hambaNya yang putus dan menjauhkan diri dariNya.

Masalah membuat anda susah menjalani hidup?  Hutang menjebak dalam tiap bulannya? Atau bahkan semakin lama malah semakin mendekati kefakiran dan jauh dari Tuhan? Sebagai muslim yang baik, alangkah indahnya jika kita selalu bersandar pada apa yang ditinggalkan Rasulullah SAW, yaitu Al Quran dan al Hadits. Sabda Nabi sebagai berikut:

لِيَسْتَرْجِعْ أَحَدُكُمْ فِيْ كُلِّ شَيْءٍ، حَتىَّ فِيْ شِسْعِ نَعْلِهِ، فَإِنَّهَا مِنَ الْمَصَائِبِ

Hendaklah seorang dari kalian mengucapkan istirjâ’ (Innâ lillâh wa innâ ilaihi râji’ūn: sesungguhnya kita adalah milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya semata kita akan kembali) meskipun dalam hal tali sandalnya, karena hal itu adalah termasuk musibah. 

Majalah Tebuireng

Dikisahkan dalam kitab Marah Labid karya Imam Nawawi bahwa seorang sahabat datang ke Rasulullah SAW guna mengadukan kemiskinan dan banyaknya kesulitan dalam hidupnya. Ia berharap akan mendapatkan solusi dalam menangani ekonomi keluarganya yang kurang baik. Setelah mendengar keluh kesahnya, Rasulullah SAW menyarankannya untuk melakukan sebuah amalan.

Amalan tersebut dilakukan ketika masuk ke dalam rumah dengan mengucapkan salam bila di dalamnya ada orang. Bila tak ada, maka mengucapkan salam untuk diri kita sendiri. Setelah itu membaca surat al Ikhlas satu kali.

Sahabat tersebut melakukan amalan tersebut. Ia mengucapkan salam lantas membaca al ikhlas sekali setiap kali ia memasuki rumahnya. Ia lakukan secara istikamah hingga Allah melimpahkan banyak rizeki kepadanya. Ia hidup tenang dengan terbebas dari hutang dan kefakiran. Tidak hanya itu, tetangga sebelahnya juga merasakan kenikmatan tersebut.

Dalam penafsiran surat al Ikhlas tersebut, Imam Nawawi memaparkan sebagai berikut:

عن سهل بن سعد جاء رجل إلى النبي صلّى الله عليه وسلّم وشكا إليه الفقر فقال: «إذا دخلت بيتك فسلم إن كان فيه أحد وإن لم يكن فيه أحد فسلم على نفسك واقرأ قل هو الله أحد مرة واحدة. ففعل الرجل فأدر الله عليه رزقا حتى أفاض على جيرانه

Dari Sahl bin Sa’d, seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW dan mengadu kepadanya perihal kefakiran. Rasul bersabda, ‘Bila engkau memasuki rumahmu, ucapkanlah salam bila di dalamnya ada seseorang. Bila tidak ada seorang di dalamnya, maka bersalamlah untuk dirimu dan bacalah surat qul huwallâhu ahad sekali.’ Lelaki itu mengamalkannya. Allah melimpahkan kepadanya rezeki hingga meluber kepada para tetangganya.”

Mengucapkan salam kepada diri sendiri seperti halnya yang dicontohkan dalam hadis di atas merupakan perihal asing bagi sebagian muslim. Dalam konteks ini, penafsiran dari QS an Nur ayat 61 bisa menjadi referensi jawaban itu. Imam Nawawi juga menuturkan dari Ibnu Abbas dan Qatadah sebagai berikut:

وقال ابن عباس: إن لم يكن في البيت أحد فليقل: السلام علينا من قبل ربنا

Ibnu Abbas berkata, ‘Bila tak ada siapapun di dalam rumah, maka ucapkanlah ‘assalâmu ‘alainâ min qibali rabbinâ’ (keselamatan bagi kami dari Tuhan kami.”

وقال قتادة: إذا دخلت بيتك فسلم على أهلك فهم أحق بالسلام ممن سلمت عليهم، وإذا دخلت بيتا لا أحد فيه فقل: السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين

Qatadah berkata, ‘Bila engkau memasuki rumahmu, maka ucapkanlah salam kepada keluargamu. Mereka lebih berhak mendapatkan salam daripada orang lain yang engkau salami. Bila engkau memasuki sebuah rumah yang tak ada seorang pun di dalamnya, ucapkanlah, ‘assalâmu ‘alainâ wa ‘alâ ‘ibâdillâhis shâlihîn,’ (keselamatan bagiku dan bagi hamba-hamba Allah yang saleh).”

Dari keterangan di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa lafadz salam yang diucapkan untuk diri sendiri sebagai berikut:

السلام علينا من قبل ربنا  

(Assalâmu ‘alainâ min qibali rabbinâ)

 السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين

(Assalâmu ‘alainâ wa ‘alâ ‘ibâdillâhis shâlihîn)

Demikian adalah amalan yang dituntunkan oleh Rasullah SAW bagi umatnya yang mengalami kesulitan finansial agar dapat teratasi, seperti hutang dan dilanda kefakiran. Apakah mujarab, kembali kepada keyakinan kita kepada Allah dan RasulNya. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bisshawab.


*Mahasiswi Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Alumnus Unhasy Tebuireng dan PP. Walisongo Cukir