ilustrasi gambar: www.google.com

Oleh: Muhammad Minahul Asna*

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ قَالَ : ”الدِّينُ النَّصِيحَةُ”، قُلْنَا: لِمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: ”لِلَّهِ، وَلِكِتَابِهِ، وَلِرَسُولِهِ، وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ ” رواه مسلم

Diceritakan dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “agama adalah nasihat.” Kami bertanya:  “Bagi siapa wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Bagi Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, bagi para pemimpin kaum muslim dan bagi kaum muslim secara umum.” [HR. Muslim]

Nasihat secara bahasa berasal dari kata an-nushu yang berarti al-khulush (murni). Secara istilah, nasihat ialah suatu ungkapan untuk menyatakan keinginan berbuat baik kepada orang yang dinasihati. Allah SWT mensyariatkan kaum muslimin untuk saling menasihati, sebagaimana tertulis dalam firman-Nya: ”… dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al-Ashr [103]: 3).

Imam Abu Sulaiman al-Khattabi, Rahimahullah Ta’ala menjelaskan bahwa nasihat adalah kata umum yang memiliki makna totalitas dalam nasihatnya. Jadi, nasihat dalam hadis ini memiliki makna ikhlas dan murni. Imam Nawami menjelaskan dalam Syarh Shahih Muslim li an-Nawawi, bahwa tiang agama Islam dan penopangnya adalah nasihat.

Majalah Tebuireng

Hadis ini sesungguhnya memiliki peran yang sangat besar, karena di dalamnya terkandung bahwa tiang agama Islam dan penopangnya adalah nasihat. Dengan adanya nasihat maka agama Islam akan senantiasa termanifestasi dalam jiwa kaum muslimin, namun apabila nasihat itu tidak ada, maka kekurangan akan menimpa kaum muslimin dalam setiap aspek kehidupannya.

Dalam hadits ini ada lima peruntukan nasihat, yaitu nasihat untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum Muslimin, dan manusia pada umumnya.

Pertama, nasihat untuk Allah. Maksudnya adalah beriman kepada-Nya, mengesakan-Nya, menjadikan niat ikhlas semata karena-Nya di dalam mengamalkan perbuatan baik, dan beribadah kepada-Nya dengan penuh ketaatan dan pengagungan.

Kedua, nasihat untuk kitab-Nya. Maksudnya adalah beriman kepada semua kitab-kitab samawi (langit) yang diturunkan dari sisi Allah SWT secara global.

Ketiga, nasihat untuk Rasul-Nya (Muhammad). Maksudnya adalah membenarkan kenabiannya, menaati perintahnya, menjauhi segala larangannya, menghidupkan sunahnya, memahami, mempraktikkan dan menyiarkannya, serta berakhlak sesuai dengan akhlak beliau yang mulia.

Keempat, nasihat untuk pemimpin kaum muslimin. Maksudnya adalah membantu mereka atas kewajiban yang mereka emban, memberikan masukan, dan mengingatkan tatkala mereka lupa. Juga mencegah mereka dari perbuatan zalim dengan cara yang baik.

Dan terakhir, nasihat untuk manusia pada umumnya. Maksudnya adalah dengan mengajak pada kebaikan, menutup aib mereka, dan tidak berbuat ghibah (menggunjing) kepada sesama manusia.

Manusia menjadi makhluk yang diciptakan bersamaan dengan sifat baik dan buruk, akal dan nafsu. Jika ia bisa menjadikan akal itu dominan, maka ia akan menjadi makhluk yang lebih baik dari malaikat. Namun jika tidak, maka ia akan menjadi makhluk yang lebih buruk dari hewan. Dengan kelebihan dan kekurangan yang ada perintah untuk saling menasihati menjadi hal yang wajib. Nasihat atau Kritik dan Saran merupakan suatu yang harus ada. Manusia adalah makhluk yang penuh kesalahan dan lupa. Kegiatan keseharian yang begitu majemuk membuat kita membutuhkan seseorang yang bisa mengingatkan kita bahwa ada hal yang perlu kita luruskan bersama.

Permasalahan yang begitu serius dalam hal ini adalah ketika kita menjadi seorang petinggi, akan semakin susah orang lain mengingatkan kita. Seringkali kita mendahulukan ego yang malah menghancurkan kita.

 إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ 

Hakikat manusia terkait dengan waktu yang tak dapat diputar kembali adalah dalam keadaan merugi. Secara umum merugi kecuali 3 golongan yaitu orang-orang beriman, yang beramal shalih dan mereka yang saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Maka sebelum itu semua terjadi nasihat adalah makanan terbaik bagi kita untuk introspeksi diri demi menjadi insan yang tetap di jalan yang tepat. Jika yang kita tetap tidak menerimanya, maka ia la fi khusr (benar-benar dalam kerugian). Wallahu A’lam.

*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.