tebuireng.online– Tebuireng Training Center (T2C) adakan pembekalan untuk para pembina dan pengurus Pondok Pesantren Tebuireng selama dua hari (19-20/05) di Aula Bachir Ahmad Gedung KH. M. Yusuf Hasyim lt 3. Acara yang bertemakan “Menata Hati Membangn Jiwa” ini dihadiri oleh beberapa peserta yang merupakan delegasi dari setiap unit pendidikan Pesantren Tebuireng  dan beberapa delegasi pesantren sekitar.

Dalam kegiatan ini para fasilitator tidak hanya menyampaikan hal –hal yang berkaitan dengan tupoksi pembina dan pengurus saja, akan tetapi mereka juga memberikan suntikan motivasi yang merangsang semangat mereka untuk tetap berjuang. “Hidup itu bagaikan roda berputar, terkadang posisinya di atas dan terkadang di bawah”, ungkap KH. Agus Fahmi Amrullah Hadzik di awal pamaparan materi. “Hidup itu juga bagaikan air yang mengalir“, tambah beliau.

Gus Fahmi, panggilan akrab Kepala Pondok Pesantren Putri Tebuireng tersebut juga menuturkan bahwa ketika ditemukan santri yang nakal, bukan kekerasan yang diterapkan, namun sentuhanlah yang terkadang mereka butuhkan”, terang beliau yang juga merupakan salah satu fasilitator kegiatan ini.

Selain Gus Fahmi, pemateri yang dihadirkan adalah seorang Kiai Muda Madura yang juga pernah belajar di Tebuireng, Ustadz Mubarok Yasin. “Pembina bukan hanya sekedar pembangun subuh & pengontrol sekolah santri saja, akan tetapi bagaimana seorang pembina bisa menjadi inspiratif bagi anak didiknya”, tutur Ustadz Mubarok Yasin dalam paparanya

Untuk menjadi pembina inspiratif, tambah Ustadz Mubarok, para pembina harus membiasakan diri membaca. Menurut beliau dengan membaca mereka akan mendapatkan wawasan luas dan ide-ide kreatif untuk mendidik santri sehingga menjadi inspirasi, baik bagi santri maupun pembina yang lain.

Majalah Tebuireng

Farida, salah satu peserta menuturkan bahwa pelatihan ini membuatnya terkesan.  Ia mengaku banyak hal baru yang bisa didapatkan tentang bagaimana menjadi pembina sejati. Pembina di Pesantren Putri Seblak tersebut berharap kegiatan seperti ini akan terus berlanjut dengan pengawasan internsif. “Semoga berlanjut dan ada controling, karena kalau sekali aja, ya biasanya bablas”, ungkapnya. (ifana/abror)