Pengurus Badan Musyawarah Pimpinan Pondok Pesantren Dharmasraya, Kabag Kesra Pemkab Dharmasraya foto bersama dengan Mudir Pesantren Tebuireng, H. Lukman Hakim usai dialog pada Kamis (30/11/2017). (Foto: Ana Saktiani Mutia).

Tebuireng.online—Pesantren Tebuireng kembali mendapat kunjungan. Kali ini dari Dharmasraya, Sumatra Barat. Pada Kamis (30/11/2017), rombongan dari Badan Musyawarah Pimpinan Pondok Pesantren Dharmasraya (BMP3D). Mereka berkunjung ke Pesantren Tebuireng dengan tujuan menambah wawasan tentang pendidikan pesantren yang dapat  mencetak generasi yang punya semangat juang dalam pengabdian yang tulus, baik di ketika di pesantren maupun setelah lulus.

Perwakilan rombongan, sekaligus Ketua BMP3D, Buya KH. M. Khozin Adnan dalam sambutannya mengatakan bahwa para Buya, sebutan semacam Kiai di Jawa, didampingi Kabag Kesra Dharmasraya, Syafrudin, ini datang ke Tebuireng dengan kesadaran bahwa tuntutan masyarakat semakin berat, sementara kesiapan yang mereka punya sangat terbatas. Maka, lanjutnya, dalam kesempatan ini mereka ingin menambah wawasan dan informasi tentang.

Selain itu, ia menambahkan, para pemuka agama di Dharmasraya ini, ingin menanamkan nilai-nilai perjuangan, sehingga ketika para santri sudah lulus dari pesantren mereka tetap memegang jiwa ruhul jihad yang luar biasa dengan keikhlasan dan semangat pengabdian dalam mempertahankan agama dan negara.

Kabag Kesra Pemkab Dharmasraya, Syafrudin menjelaskan bahwa kunjungan ini merupakan bagian dari upaya BMP3D dan Pemkab Dharmasraya dalam meningkatkan kualitas pendidikan keagamaan di daerah tersebut, khususnya di pondok-pondok pesantren yang ada. Untuk itu ia berharap dengan kunjungan ke Pesantren Tebuireng dapat memberikan referensi sistem pendidikan pesantren yang bisa diterapkan di pesantren-pesantren se-Dharmasraya.

Dalam hal ini, dalam pertemuan yang dilaksanakan di Aula Bachir Ahmad Gedung KH. M. Yusuf Hasyim itu, rombongan didampingi oleh Mudir  bidang Pondok, H. Lukman Hakim dan Waka Kurikulum Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah (MASS) Tebuireng, Ustadz Ahmad Roziqi, yang mewakili Pengasuh, KH. Salahuddin Wahid atau Gus Sholah yang sedang berhalangan menyambut.

Majalah Tebuireng

Haji Lukman menjelaskan bahwa pesantren merupakan pendidikan tertua. Menurutnya, kemerdekaan Bangsa Indonesia juga tak lepas dari peran penting santri, kiai dan pesantren. H. Lukman menyadari bahwa tidak mudah tentunya untuk mencetak seorang alim pendidik yang selalu bisa memenuhi tuntutan masyarakat. Namun dengan perjuangan para kiai dan pimpinan pesantren, didukung dengan sistem yang bagus, bukan tidak mungkin untuk mencetak kader-kader pengabdi yang militan di masyarakat

H. Lukman juga meyampaikan kisah singkat kepada para Buya yang hadir bahwa pada masa KH Hasyim Asy’ari, pada hari Selasa, kegiatan santri selalu diliburkan. “Hal itu juga masih berlanjut sampai sekarang. Dahulu ketika masih di zaman Kiai Hasyim hari Selasa digunakan untuk berniaga ke Kediri hal itu membuktikan bahwa dari dulu pondok pesantren memang mandiri,” cerita H. Lukman kepada para buya.

Usai acara seremonial, dilanjutkan dengan tanya jawab. Para buya menyampaikan pertanyaan dan meminta masukan untuk dijadikan bekal dan panduan untuk diterapkan di pesantrennya masing-masing, khususnya tentang sistem pendidikan, baik formal di sekolah maupun non formal di pondok.

Sebelum acara usai, rombongan yang terdiri dari 24 orang dari unsur Buya (ulama) se-Dharmasraya dan pejabat pemerintahan itu, menerima cindemata dari Pesantren Tebuireng. Mereka menyempatkan foto bersama sebelum meninggalkan aula pertemuan. Rombongan juga menziarahi makam Masyayikh Tebuireng Sebelum meninggalkan Tebuireng.


Pewarta:            Amalia Wakhida Ahmad

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin