Santri Tebuireng memakai beragai atribut dan kostum, mulai dari kostum tentara, busana daerah, hingga ada tulisan 72 Indonesia pada saat upacara kemerdekaan di halaman kampus B Unhasy pada Kamis (17/08/2017). (Foto: Bagas).

Tebuireng.Online- Dalam Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-72 Republik Indonesia pada Kamis (17/08/2017) di halaman Kampus B Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy), peserta yang berpartisipasi berasal dari berbagai kalangan, mulai dari karyawan, santri, siswa, guru, hingga para pimpinan baik dari tiap-tiap unit yang berada di bawah naungan Yasayan KH. M. Hasyim Asy’ari Pesantren Tebuireng.

Dari ribuan peserta tersebut, ternyata terdapat beberapa yang sakit atau pinsan. Untungnya pada pelaksanaan upacara kemerdekaan kali ini, organisasi Santri Husada turut berpatisipasi sebagai pasukan kesehatan bersama dengan tim dari Puskestren Tebuireng. Hal ini berbeda dengan tahun kemaren, yang hanya ditangani oleh Puskestren saja, tanpa melibatka santri.

Tugasnya adalah bersiaga selama berlangsungnya upacara dan bergerak membawa peserta yang sakit mendadak ataupun pinsan menuju Puskestren (Pusat Kesehatan Pesantren) Tebureng. Tentunya, tim dari Puskestren yang telah bekerja sama tersebut turut membantu dalam pelaksanaan kegiatan itu.

Seluruh personel Santri Husada yang bertugas sebanyak 22 orang dari laki-laki dan 8 dari perempuan. Perlengakapanya berupa teh hangat, obat-obatan, serta tandu yang berjumlah empat buah. Laporan dari petugas tersebut, terdata 23 peserta yang mengalami pinsan dan sakit dengan rincian 20 peserta putri dan sisinya merupakan peserta putra.

Selain itu, yang perlu disoroti adalah atribut para santri dari Madrasah Mu’allimin Hasyim Asy’ari (MMHA) Tebuireng. Mereka berinisiatif untuk memakai pakaian adat dan budaya yang ada di berbagai daerah di Republik Indonesia. Tidak hanya pakaian adat, sebagian dari mereka juga melakukan gerakan-gerakan tarian yang unik saat inspektur upacara, yaitu Wakil Pengasuh, KH. Abdul Hakim Mahfudz, mengomandokan kata ‘merdeka’.

Majalah Tebuireng

Menurut Ridlwan, salah satu pembina Mu’allimin, inisiatif ini merupakan ide dari santri dan juga pembina. “Ini itu ide dari santri dan juga pembinanya semua,” tutur alumnus MMHA Tebuireng itu saat diwawancarai oleh wartawan Tebuireng Online.

Perlu diketahui, bahwa sebelum upacara kemerdekaan dimulai, protokol membacakan siswa-siswa yang berprestasi. Pada upacara kali ini, Pesantren Tebuireng mengapresiasi kepada dua siswi. Yang pertama adalah dari SMA Trensains, yaitu Suciati Fitri, peraih medali perunggu dlam kontes matematika dunia di Singapura dan yang kedua dari Unit MTs. Salafiyah Syafi’iyah Tebuireng, Saniatur Rizqiyatur Rohmah, peraih juara satu Musabaqoh Qiroatil Kutub (MQK) Daerah kerja Surabaya di Mojokerto.

Di penghujung upacara, semua peserta menyanyikan berbagai lagu nasional dengan semarak dan semangat. Terlihat, para santri serempak mengibarkan bendera merah putih. Bahkan, sebagian santri putra sampai ada yang mengangkat temanya demi memeriahkan sorakan lagu kemerdekaan.

Turut serta memeriahkan upacara, Paskibra dan tim Drumband dari SMA A. Wahid Hasyim, serta Paduan Suara dari SMP A. Wahid Hasyim menampilkan kemampuanya dengan kreasi mereka masing masing.


Pewarta:            Ananda Prayogi/Amalia Wakhidah Ahmad

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin