Perempuan dan sepotong senja (foto: Robiatul Adawiyah)

Oleh: Karimatur Rohmah*

 

Kapur Senja

Selaksa senja kupuja saban hari muda

Ketika masih ada degupmu untukku di relung kalbu

Majalah Tebuireng

Kamu tak perlu menggoda

Aku sudah terpesona

Dari jarak yang melawan asmara

Melelapkan segenap rindu penganut temu

Engkau menjawab pandang tanya dengan gurat kapur putih

Yang kau tinggal di sela jeda tatap muka

Waktu berbicara tentang kita

Dalam suratnya ia menggugurkan sedikit candu  yang aku pelihara

Bukankah semua itu tetap memiliki nyawa

Meski gagal aku untuk menjadi satu-satunya

Sumenep, 2018


Abu-Abu

Juni pergi mengakhiri muram durja,

siapa tahu di ujung tahun tak ada lagi kelopak candu yang semi di antara fajar dan senja

Menghapus detik demi detik kelabu, melupa ucap yang serupa ibarat

Aku sendiri dan tak ada ingin menggenapi

Seperti lorong menekuri tepian waktu tak menentu

Hingga suatu hari hati berlabuh pada sandaran puisi

Menggugurkan kelip kejora,

Menghapus letih suka cita mencintai di derap-derap yang patah merindu sudah

Sumenep, 2018


*Mahasiswi Fakultas Bisnis dan Bahasa Unipdu Jombang.