Ada seorang wali Allah yang sangat tinggi derajatnya dan masyhur di kalangan umat, beliau adalah Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad. Beliau lahir di Tarim, pada tanggal 5 Safar 1044 H. Ia tumbuh dengan didikan yang luar biasa dari kedua orang tuanya yang saleh dan salihah. Sehingga di masa kecilnya sudah tampak tanda-tanda kesalehannya.

Walau saat umur 4 tahun ia mengalami kebutaan, namun itu tidak menghambatnya untuk menghafal al-Quran dan menuntut ilmu. Bahkan semangatnya untuk belajar melampaui saudara-saudara dan guru-gurunya. Semangat ibadahnya juga bukan main. Di masa kecil, setiap hari seusai belajar di madrasah, ia selalu mampir ke masjid untuk shalat sunnah sebanyak 100 hingga 200 rakaat.

Tingkat kewalian Al-Imam Al-Haddad telah mencapai tingkatan Quthbul Ghauts (tingkat wali tertinggi), yang beliau pikul selama ± 60 tahun. Derajat ini beliau dapatkan karena kegigihan, keistikamahan, dan kebersihan hatinya. Selain itu, ikatan cinta beliau kepada Nabi Muhammad SAW. sangat kuat.

Beliau pernah mengatakan:

ما من سنة سنها رسول الله وأرجو أن أكون قد عماتها  

Majalah Tebuireng

“Setiap sunnah yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW. aku berharap untuk melakukan semuanya”.

Pujian kepada Al-Imam Al-Haddad

Al-Habib Ahmad bin Umar Al-Hinduan berkata:

إنه بلغ رتبة الاجتهاد, وهو عين الحقيقة, وهو متصف بصفات الاكابر, والسيد عبدالله الحداد للخلق كالشمس, لاغنى لهم عنها أبدا, وكالعافية للبدن

“Beliau telah mencapai derajat mujtahid (penentu hukum), beliau mencapai hakikat yang tinggi dan memiliki sifat seperti para pembesar wali-wali Allah SWT. Al-Habib Abdullah bagi makhluk ibarat seperti matahari, semua pasti membutuhkannya, dan bagi badan seperti ‘afiyah (kesehatan).”

Al-Habib Ali bin Abdullah Al-‘Aydrus berkata:

السيد عبد الله بن علوي الحداد سلطان آل باعلوي

“Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad adalah raja seluruh keluarga Ba’alawi (dzuriyyah Nabi).”

Keistimewaan membaca kitab Al-Imam Al-Haddad

Sebagian ulama berkata:

عليكم بكتب الحبيب عبد الله الحداد, لأن فيها خلاصة الإحياء

“Hendaknya kalian membaca kitab-kitab Al-Imam Al-Haddad, karena di dalamnya ringkasan dari kitab Ihya’ ‘Ulumuddin (kitab fenomenal karya Imam Ghazali).”

Al-Habib Alwi bin Abdullah bin Syihabuddin berkata:

ما يقرأ صحيح البخاري, إلا والنبي حاضر, ولاكلام الحبيب عبد الله الحداد إلا وهو حاضر

“Tidak dibacakan kitab hadis shahih Bukhori, kecuali Nabi Muhammad SAW. hadir, dan tidak dibacakan kitab Al-Habib Abdullah Al-Haddad, kecuali beliau hadir di tempat tersebut.”

Keutamaan Ratib Al-Haddad

Syaikh Abu Bakar bin Ahmad Al-Malibar dalam kitabnya Al-Imdad bi syarhi Ratib Al-Haddad halaman 56 disebutkan yang artinya:

“Beberapa faedah Ratib Al-Haddad di antaranya, penjelasan yang dikutip dari para ulama yang mensyarahi ratib ini, sang penyusun ratib Al-Habib Abdullah Al-Haddad berkata: ‘Bahwa orang yang rajin membaca ratib ini maka Allah SWT. akan menjaga negaranya dari beberapa cobaan dan siksaan.’ Faedah lainnya, bertambahnya kekayaan, barokah dan kebaikan di rumahnya. Orang yang rajin membaca Ratibul Al-Haddad setiap hari, maka tidak akan bahaya baginya racun, hewan buas, reptil dan hewan-hewan lainnya. Faedah lain dari membaca ratib ini bahwa akan mendapat khusnul khotimah dan Allah akan memberikan pertolongan baginya untuk mengucapkan kalimat syahadat (di akhir hayatnya).”

Syair pujian yang tertulis di atas pintu makam Rasulullah SAW

 Adalah syair dari Al-Habib Abdullah Al-Haddad, yaitu :

نبي عظيم خلقه الخلق الذي له عظّم الرحمن في سيد الكتب

Artinya : “Nabi yang agung, yang akhlaknya diagungkan pula oleh Allah SWT. di dalam pemimpin segala kitab (Al-Qur’an).”

Asal usul atau sebab syair tersebut diletakkan di tempat mulia itu, karena salah satu Sultan Turki Utsmani suka dengan syair tersebut, kemudian beliau meminta untuk diukir dan diletakkan di atas makam Nabi Muhammad SAW.   

syair-Al-Habib-Abdullah-bin-Alwi-Al-Haddad-di-makam-Rasulullah

*Ditulis oleh Inayah, mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari