Oleh: Hadza Min Fadhli Robbi*

Bagaimana rasanya berpuasa di negeri dua benua, Turki? Sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim, berpuasa di Turki tentu saja tak jauh berbeda rasanya dengan berpuasa di negeri Muslim lain. Meskipun secara iklim sosial dan politik Turki bisa dikategorikan sebagai negara sekuler, tapi bisa dikatakan bahwa budaya Islam dan Ramadan di Turki tak luntur, bahkan terus dijaga dan dijalankan oleh masyarakatnya sejak zaman Kesultanan Usmani hingga sekarang.

Untuk menjelaskan budaya-budaya dan kebiasaan orang Turki saat Ramadan, saya akan ceritakan satu hari dalam bulan Ramadan di Turki, mulai dari saat sahur hingga shalat tarawih.

Sahur Orang Turki

tradisi membangunkan sahur di Turki

Puasa dimulai di Turki tatkala davulcu (tukang gendang) membangunkan penduduk mahalle (kampung) sekitar dengan davul atau gendangnya di tengah gelapnya malam. Biasanya pada pukul 2 malam, para davlucu (entah sendiri atau bersama tim-nya yang membawa zurna, sejenis terompet) akan mulai berkeliling dan menghentakkan gendangnya untuk mengingatkan penduduk yang masih tidur untuk segera berpuasa, meskipun ada juga yang memilih tidak tidur karena waktu malam yang cukup singkat. Dalam setiap mahalle, biasanya ada satu davulcu dan mereka dibiayai secara sukarela oleh masyarakat sekitar.

Majalah Tebuireng

Nah, setelah semua orang bangun dan davulcu menyelesaikan tugasnya, bagaimana orang-orang Turki melakukan sahurnya? Sahur orang Turki, kalau mau dibandingkan dengan sahurnya orang Indonesia, cukup sederhana dan tidak terlampau banyak. Padahal orang Turki dalam sehari harus berpuasa sekitar 17 jam tanpa henti di tengah cuaca musim panas yang makin terik kian hari. Orang Turki biasanya menyiapkan çorba (sejenis sup), zeytin (buah zaitun), sayur-sayuran seperti timun dan tomat, yoghurt, buah-buahan basah dan kering, roti dan air untuk melakukan sahurnya. Sahur orang Turki terbilang sederhana karena orang Turki sudah makan cukup banyak saat berbuka puasa. Karena jarak antara buka puasa dan sahur juga tidak terlalu panjang, maka kebanyakan orang Turki hanya memakan sedikit saja saat sahur dan mereka memang sudah terbiasa dengan pola makan seperti itu.

Saat sahur, orang Turki biasanya ditemani dengan acara-acara kultum rohani yang berbagai masalah agama. Salah satu acara yang cukup terkenal yang sering ditonton oleh orang Turki adalah “Waktu Sahur bersama Prof. Dr. Nihat Hatipoğlu”. Acara ini terkenal karena Prof. Nihat menjalankan acaranya dengan interaktif dan selalu berupaya untuk menjawab berbagai macam pertanyaan dari masyarakat, seunik apapun pertanyaan itu.

Adzan Subuh biasanya berkumandang dalam waktu 1-1,5 jam setelah sahur. Namun, dalam aturan Mazhab Hanafi yang dianut oleh kebanyakan masyarakat Turki, orang Turki tidak langsung menunaikan shalat jamaah setelah adzan Subuh dikumandangkan. Ada jeda waktu kurang lebih 45-60 menit sampai shalat jamaah Subuh ditunaikan. Hal itu disebabkan menurut mazhab Hanafi ada fadhilah ketika menunaikan Shalat Subuh mendekati waktu syuruq (terbitnya matahari).

Biasanya, dalam waktu 30 menit sebelum shalat jamaah, orang-orang mulai berkumpul di masjid untuk shalat sunnah dan melakukan mukabele atau mendengarkan bacaan Al Quran yang dibacakan oleh imam atau qori yang terpilih. Setelah Shalat Subuh biasanya matahari sudah terbit dan orang-orang pulang ke rumah untuk beristirahat sambil menunggu jam kerja yang akan dimulai sekitar 3,5-4 jam setelahnya. Orang Turki biasa berangkat kerja pada jam 8.00-8.30 untuk mengejar jam masuk yang akan dimulai pada jam 9.00.

Terbagi dua Tipe

Bagaimana orang Turki bekerja selagi menjalankan ibadah puasa?  Nah, disini ada dua tipe: yang pertama adalah mereka yang tetap berpuasa, yang kedua adalah mereka yang memilih untuk tidak berpuasa. Bagi mereka yang berpuasa, puasa tidak dianggap sebagai beban karena menjalankan puasa sudah menjadi tanggungjawab bagi mereka. Meskipun memang beban kerja masih sama dengan hari biasa dan jam kerja masih tetap berjalan hingga jam 17.00. Bagi karyawan-karyawan yang berpuasa hal ini bukan masalah yang harus dibesar-besarkan.

Bagi mereka yang tidak berpuasa, biasanya ada beberapa alasan. Pertama, beban kerja mereka yang terlalu berat. Biasanya bagi mereka yang bekerja di proyek-proyek konstruksi. Kedua, bagi beberapa orang terutama yang memiliki pandangan sekuler, Ramadan hanya dianggap sebagai kultur, bukan ibadah. Orang-orang yang memiliki alasan kedua ini biasanya akan tetap ikut sahur dan iftar (berbuka) hanya untuk menikmati kultur Ramadan, tapi mereka juga tetap menikmati santap siang atau sekedar minum çay (teh) dan merokok saat kerja selama Bulan Ramadan.

Warung dan Cafe di Turki masih buka walau saat puasa, karena ada bagian dari penduduk turki yang memilih tidak puasa

Oleh karena itu, di Turki biasanya warung-warung nasi, gerai makanan dan kafe tetap buka selama puasa. Ada beberapa orang Turki yang sikayetçi (komplain) dengan bukanya warung makan selama siang hari, tapi kebanyakan orang Turki sudah terbiasa dan saling menghormati pilihan masing-masing untuk berpuasa atau tidak. Toh, bagi orang Turki, urusan agama adalah urusan vicdan (kesadaran hati) yang tak bisa dipaksakan oleh orang lain.

Setelah selesai bekerja atau melaksanakan aktivitas harian hingga sehabis waktu Shalat Ashar, orang Turki akan kembali ke rumah mereka masing-masing untuk beristirahat dan menyiapkan diri untuk iftar. Beberapa akan melakukan iftar mereka di rumah bersama keluarga, tetapi ada juga beberapa yang memilih menuju restoran atau tempat-tempat publik untuk melakukan iftar bersama rekan kerja atau masyarakat umum. Tidak ada jualan jajanan pasar di Turki, jadi mereka lebih cenderung untuk memilih makan iftar di rumah atau di luar (restoran atau ikut iftar bersama).

Budaya Buka Bersama

Buka bersama di hari pertama Ramadan

Di negara yang sarat sejarah Islam ini, budaya buka bersama juga merupakan suatu budaya yang amat lumrah. Buka bersama, atau seringkali disebut iftar oleh orang Turki, seringkali diadakan oleh vakıflar (yayasan-yayasan) dan belediyeler (pemerintahan kota). Kedua institusi ini menyediakan iftar secara gratis untuk masyarakat umum dan mereka yang membutuhkan. Bahkan untuk mereka yang membutuhkan, secara khusus, vakıflar dan belediyeler akan menyediakan juga paket sembako Ramadan (ramazan erzakları) sebagai bentuk bantuan untuk menyokong bahan pangan selama puasa.

Di beberapa kota dengan populasi mahasiswa asing yang signifikan, beberapa dernek (asosiasi) juga menyediakan buka puasa gratis bagi mahasiswa asing. Selama menunggu iftar, orang Turki biasanya mendengarkan kultum di TV, mengobrol satu sama lain, atau jika berada di wilayah sekitar masjid dan türbe (kuburan) para auliya, mereka akan menghabiskan waktu untuk berdoa dan mengaji di dekat türbe tersebut demi mendapatkan barakah.

Menu Makanan Ramadan di Turki

Menu apa saja yang tersedia di meja makan iftar Turki? Ada bermacam menu, dan biasanya sangat mengenyangkan, mulai dari nasi, olahan daging sapi dan ayam, sayur-sayuran, buah zaitun, buah-buahan, kurma, susu, çorba (sup) dan lain sebagainya. Soal menu ini terkadang sangat beragam, tergantung budaya makan yang dianut oleh masyarakat di wilayah sekitar. Misal, di wilayah Şanlıurfa dan sekitarnya (tempat Nabi Ibrahim melawan Raja Namrud), masyarakat sangat suka memakan ciğer şiş (sate hati) untuk iftar. Namun, ada menu-menu spesial yang tak boleh terlewatkan selama bulan puasa di Turki, yaitu: Ramazan pidesi, şerbet, dan güllaç. Tiga menu ini menjadi menu wajib iftar di Turki, terutama bagi mereka yang melakukan iftar di rumah.

Ramazan pidesi merupakan roti khas yang disediakan hanya saat Ramadan, biasanya dimakan bersama dengan çorba atau diberikan topping seperti pizza. Orang-orang rela antri untuk mendapatkan ramazan pidesi di fırıncı (tukang roti) favorit mereka. Şerbet merupakan minuman khas yang dibuat dari berbagai macam rempah dan buah. Minuman ini sangat manis dan menyegarkan, namun terkadang juga memakan korban jiwa jika diminum berlebihan karena kandungan gulanya yang amat tinggi. Güllaç merupakan manisan favorit orang Turki saat Ramadan selain kurma. Güllaç dibuat dari yufka (kulit yang dibuat dari tepung) yang diberikan susu, sirup gula dan air mawar, lalu dihias dengan kacang-kacangan dan buah ceri. Saat iftar, biasanya orang Turki tidak akan langsung Shalat Maghrib, tidak heran selama iftar masjid-masjid akan sepi karena orang-orang akan menunaikan Shalat Maghribnya sendiri-sendiri di rumah setelah iftar usai.

Hiburan di Bulan Ramadan

Kesenian Meddah menjadi salah satu hiburan wajib masyarakt Turki antara waktu berbuka dan tarawih

Pada waktu antara iftar hingga tarawih, akan ada beberapa hiburan yang tersedia untuk anak-anak dan keluarga. Hiburan ini biasa disediakan oleh belediye dan pengelola mall di Turki untuk menarik pengunjung ke mall-mall dan fasilitas publik milik belediye. Ada beberapa hiburan khas Turki yang bisa diambil sebagai contoh, seperti misalnya Karagöz Hacıvat, Orta Oyunu, dan Meddah. Ketiga hiburan ini merupakan budaya yang sudah dilestarikan sejak era Usmaniyah dan tidak kehilangan penonton hingga ke-21 ini, karena nilai edukasi dan kebijaksaanaan yang ditawarkan dalam hiburan ini sangat tinggi.

Karagöz Hacıvat misalnya, menceritakan tentang dua tokoh yang memiliki karakter yang amat berlawanan, namun keduanya memberikan pelajaran hidup dengan humor-humor yang mereka lemparkan. Orta oyunu hampir mirip seperti Karagöz Hacıvat, tetapi berjalan secara lebih natural tanpa skrip dan biasanya bertemakan tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Meddah merupakan budaya dongeng ala Turki yang disampaikan oleh seorang tokoh yang berperan sebagai karakter dalam dongeng-dongeng Turki, biasanya menceritakan tentang dongeng Nasrettin Hoca. Meddah hampir mirip seperti stand up comedy karena hanya ditampilkan oleh satu orang saja, tetapi bisa mengundang gelak tawa penonton.

Shalat Tarawih di Turki Juga Variatif

Shalat Tarawih di Masjid Biru (Sultan Ahmet)

Setelah puas dengan hiburan-hiburan, orang-orang akan beranjak ke masjid untuk menjalankan Tarawih. Sebelum Shalat Isya, imam akan menyampaikan vaaz atau ceramah. Tarawih biasanya dimulai sekitar jam 10 malam lewat dan berakhir sekitar 35-90 menit setelahnya, tergantung bacaan dan kecepatan shalat imam di masjid-masjid.

Di beberapa masjid, imam membacakan bacaan Al Quran satu juz dan dalam tempo yang normal. Namun, di beberapa masjid lainnya, imam hanya membacakan Al Quran dengan ayat-ayat pendek dan dalam tempo yang agak cepat. Hal ini dapat dimaklumi karena mungkin saja di antara jamaah ada mereka yang membutuhkan istirahat setelah kerja, ataupun orang-orang tua. Setelah tarawih, biasanya jalan-jalan akan mulai sepi karena orang-orang akan kembali ke rumah untuk beristirahat dan menyiapkan sahur.

Ibadah di Malam Lailatul Qadar

Malam lailatul qadar di Turki

Selain hari-hari biasa, orang Turki juga melakukan ibadah yang intensif pada saat Lailatul Qadar. Pada malam ini, orang Turki akan berbondong-bondong memenuhi masjid demi meraih sevap (pahala) dan bereket (berkah) yang besar. Uniknya, di Turki malam Lailatul Qadar biasanya sudah ditentukan oleh pemerintah melalui Diyanet (sejenis Kementerian Agama di Turki), yakni pada malam ke 27 Ramadan. Jadi orang Turki tak perlu khawatir soal meraih Lailatul Qadar, karena secara fisik Lailatul Qadar itu bisa direngkuh dengan mendatangi masjid pada malam ke-27.

Ucapan selamat Lailatul Qadar marak diucapkan oleh muslim Turki

Imam akan membacakan doa-doa khusus pada malam Lailatul Qadar tersebut. Pada malam selain itu, masjid-masjid biasanya sepi dan itikaf bukan kultur yang lumrah dalam masyarakat Turki, meskipun akhir-akhir ini ada inisiatif dari beberapa gerakan kepemudaan di Turki untuk menghidupkan masjid dengan itikaf pada 10 malam terakhir.

Akhirulkalam, ada satu pelajaran menarik tentang Ramadan dari Maulana Jalaluddin ar Rumi al Balkhi yang akan saya pakai untuk menutup tulisan ini:

Islam didirikan atas adanya lima perintah: Syahadat, Zakat, Puasa, Haji dan Shalat. Saya bersumpah pada Allah bahwa diantara lima perintah tersebut, yang paling besar dan yang paling berat perintahnya adalah ibadah puasa! Balasan puasa itu tersembunyi dan rahasia, seperti rahasianya malam Lailatul Qadar. Mereka yang mudah jatuh pada nafsu, akan mudah mengeluh, kelaparan dan tak berbuat apa-apa selama Ramadan. Sudah jelas bagi mereka yang seperti ini, tak akan mendapatkan apapun selama bulan Ramadan.


* Mahasiswa S2 di International RelationsInstitute of Social Sciences Meselik Yerleşkesi-Meselik Campus Eskişehir Osmangazi Üniversitesi Eskişehir, Turki