•             Di berbagai kawasan Nusantara, ada sebuah kesenian  yang sangat akrab dengan umat Islam. kesenian tersebut disebut hadrah atau seni hadrah. -yaitu sebuah paduan bacaan sholawat yang dilagukan, diiiringi irama rabbana dan dibarengi gerak gerik tari, tepuk tangan, anggukan kepala, liukan badan kekakanan dan kekiri, ayunan-ayunan tangan dan sebagainya. Gerakan ini biasanya di lakukan oleh remaja laki-laki.

                Kata hadrah itu sendiri tampaknya terambil dari bahasa arab hadrah, yang secara bahasa berarti berhadapan atau haribaaan. Hal ini karena dalam seni hadrah itu lazimnya diawali dengan membaca surat alfatihah atau bacaan-bagaan lain yang dihadiahkan kepada para tokoh yang sudah wafat. Ketika hendak membaca surat alfatiah itu, mereka membaca ila hadrati…dan disinilah tampaknya kesenian itu dinamai seni hadrah.

    Penghormatan kijang

                 Tidak ada keterangan yang jelas , apa sebenarnya yang mengilhami gerakan-gerakan tubuh dalam seni hadrah itu. Hanya saja ada orang yang mengatakan konon hal tersebut di ilhami oleh gerakan gerakan kijang yang memberi hormat  dan salam kepada Nabi Muhammad Saw. Dan minta perlindungan dari beliau. kijang ini memberi hormat kepada beliau sambil berdiri di atas dua kaki belakang sementara dua kaki yang depan digunakan untuk memberi penghormatan kepada Nabi saw.

                Pertanyaannya kini, shahihkah hadits yang menerangkan bahwa Nabi Muhammmad Saw. Pernah mendapat penghormatan dari seekor kijang seperti cerita tersebut ?

    Majalah Tebuireng

    Hadits populer

                Kisah ini tampaknya sangat popular khususnya dikalangan masyarakat awam. Sebagai indikasi, kisah tersebut tercantum dalam kitab kitab yang khusus berisi tentang hadits-hadits yang populer di masyarakat. Dalam kitab ini, kisah tersebut di sebut dengan hadis taslim al-Ghazal (hadis tentang penghormatan kijang).

                 Kisah tersebut juga banyak terdapat  dalam kitab kitab madaih (pujian-pujian kepada Rasul) termasuk kitab mauled. Dalam kitab mauled al-Barzanzi. Kisah tersebut disebutkan dalam satu bait saja ( wastajarat yaa habibi # indaka ad-dhobyu an-nufuru), hai kekasihku seekor kijang yang liar, telah minta pertolongan kepadamu.

                Meskipun dalam kitab tersebut, nadham  ini tidak disebutkan salam seekor kijang, namun tampaknya salam ini sendiri sudah merupakan satu kesatuan dengan kisah dimana kijang tersebut minta pertolongan kepada Nabi saw.

    Hadits palsu

                 Ahli hadis  dan sekaligus ahli tafsir kondang, imam ibn katsir (w. 774 H) mengatakan bahwa hadits taslim al-Ghazlah ( penghormatan kijang) itu laisa lahu ashl (tidak ada sumbernya),hadis maudhu’ (palsu). Imam ibn hajar al-Asqalani (w 852 H)  dalam kitabnya fath al-bari, juga menegaskan hal yang sama. Belaiu berkata “adapun hadits tentang penghormatan kijang kepada Nabi Saw. Maka kami tidak menemukan sanadnya. Baik sanad yang kuat maupun yang lemah.”

                 Karenanya, apa yang di maksud oleh imam ibn katsir itu bahwa hadits penghormatan kijang kepada nabi Muhammad saw. Itu tidak ada sumbernya , adalah juga mencakup pembicaraan kijang kepada nabi Muhammad saw.  jadi, bukan sekedar penghormatan atau salam saja , seperti yang dipahami oleh al-Allamah ali al-Qari, ketika mensyarahi kitab as-Syifa karya al-Qhadi iyadh.

                Kesimpulannnya, hadis tentang taslim al-Ghazalah (penghormatan seekor kijang kepada nabi) adalah seperti penegasan imam ibn katsir adalah palsu (maudhu’). Sedangkan hadits tentang seekor kijang berbicara kepada nabi Muhammad saw. Adalah ;sangat lemah. Dan hadits hadits  yang lemah (dhaif) tidak dapat dipakai sebagai dalil untuk menetapkan  adanya mu’jizat , karena masalah mu’jizat adalah masalah aqidah yang tidak dapat di tetapkan kecuali dengan al-Quran dan atau al-Hadits yang shahih. Wa allah A’lam. @D/mt