ilustrasi: www.google.com

Oleh: Vevi Alfi Maghfiroh*

Pada bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, Allah telah mengambil nyawa sosok perempuan paripurna pendamping Nabi, dialah Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid ra. yang dijuluki ath-Thahirah di masa jahiliyah, karena kesucian dirinya dan kesucian lembaran hidupnya. Penduduk Makkah pun mensifatkannya sebagai penghulu perempuan Quraisy. Sosok perempuan yang memiliki kemuliaan, harta, keteguhan hati, dan kecerdasan.

Khadijah ra. adalah teladan perempuan dalam hal memenuhi kewajiban dan taat kepada suaminya. Sosok yang bijaksana dan berakal cerdas. Dengan kedua bibirnya dan cahaya pandangannya, dia mengajarkan hakikat segala perkara. Dialah sosok yang meneguhkan hati Nabi dan meyakinkannya saat mendapatkan wahyu pertama dari Jibril di gua Hira.

Ia banyak membantu Rasulullah SAW sejak hari pertama perjalanan dakwah. Khadijah adalah kabar gembira pertama yang menunjukkan kebenaran dakwah dan kemenangan agama Islam. Ia melindungi dan mendukung suaminya dengan segenap harta, cinta, dan kebijaksanaannya. Khadijah menjadi benteng pelindung bagi suaminya, dakwahnya, dan juga bagi seluruh sahabatnya.

Keimanannya yang mendalam, akalnya yang cerdas, cintanya yang berlimpah, dan kewibawaannya yang ditampakkan secara jelas. Khadijah senantiasa berada di samping Nabi. Hingga pengikut beliau bertambah kuat, jumlah kaum muslimin kian bertambah banyak, dan dakwah tersebar luas dengan pertolongan Allah.

Majalah Tebuireng

Sosok Jiwa Paripurna Perempuan

Khadijah populer di kalangan penduduk Makkah bukan hanya dalam hal ibadah yang berdimensi spiritual, melainkan juga ibadah-ibadah lain yang berdimensi sosial. Sikap terpuji yang selalu diperlihatkannya adalah penghormatan kepada siapapun. Banyak perempuan-perempuan penduduk Makkah yang dibantu dan tidak pernah direndahkannya, meskipun ia sendiri adalah istri pemimpin umat.

Cara komunikasi yang ia lakukan pun sangat disesuaikan dengan situasi dan kondisi lawan bicaranya sehingga tidak membuat orang lain tersinggung. Khadijah bisa dinilai sebagai sosok perempuan yang menumbuhkan prinsip-prinsip pluralisme di kalangan masyarakat Makkah. Hal tersebut ditunjukkan melalui kedermawanannya tanpa memandang status sosial dan agamanya.

Sosok Perempuan Beretos Kerja Tinggi

Etos kerja berkaitan dengan nilai kejiwaan seseorang dalam melakukan sebuah pekerjaan. Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral kerja yang menunjukkan sikap dan harapan seseorang dalam pekerjaannya. Khadijah adalah seorang perempuan yang memiliki komitmen pribadi yang tinggi dalam mewujudkan sebuah harapan atau cita-cita yang diwujudkan dalam bentuk kerja-kerja bisnis yang nyata dan sukses. Maka tak heran, jika ia menjadi perempuan terkaya kala itu.

Sosok Pengusaha Cerdas dan Berjiwa Pemimpin

Sayyidati Khadijah sebagai seorang pengusaha perempuan di tengah budaya patriarki bangsa Arab menjadi fenomena tersendiri. Ia hadir sebagai sosok perempuan yang sangat dikagumi oleh bangsanya dengan karakter yang cerdas, gigih, dan terkenal bertangan dingin dalam menangani proyek bisnis. Kepiawaian Khadijah dalam mengelola bisnis dan kecerdikan dalam meilih manajer dagangnya sebagai sumber daya manusia handal tidak terlepas dari jiwa kepemimpinannya dalam mengorganisasi usaha bisnis. Khadijah dalam kerajaan bisnisnisnya adalah sosok pemimpin yang mampu memecahkan berbagai macam permasalahan yang dihadapi.   

Sosok Peletak Dasar Wirausaha Muslim

Bagi Khadijah, bekerja dan berusaha, khususnya berwirausaha (berbisnis) merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan dirinya. Dalam berwirausaha beliau menjadi sosok peletak dasar wirausaha seorang muslim. Ia memiliki prinsip-prinsip dalam berbisnis, diantaranya adalah: Prinsip tauhid sebagai landasan untuk membangun kepercayaan dan optimisme dalam berbisnis. Prinsip motivasi sebagai pendorong dan penentu skala prioritas dalam berbisnis.

Prinsip niat ibadah sebagai kunci dalam setiap tindakan berbisnis untuk memperoleh garansi keberhasilan dari Tuhan. Prinsip amanah sebagai proses usaha yang jujur, transparan dan akuntabel. Prinsip aktualisasi diri untuk memaksimalkan pelayanannya kepada orang lain. Prinsip jiwa bebas untuk memilih berbagai macam pilihan sulit agar tangguh dalam menghadapi berbagai persoalan.

Prinsip hijrah sebagai bentuk motivasi untuk senantiasa mengubah strategi pemasaran secara tepat dan merubah manajemen yang belum relevan dengan kondisi di lapangan. Prinsip jujur sebagai salah satu kata kunci kesuksesan berwirausaha. Prinsip silaturrahmi untuk meningkatkan ikatan persaudaraan juga membuka peluang bisnis baru. dan prinsip beramal sebagai bagian integral sikap wirausahawan.

Begitulah sosok paripurna Sayyidati Khadijah yang tergambarkan dalam kitab-kitab sejarah. Perempuan yang patut dijadikan teladan bagi kalangan perempun muslimah masa kini. Sebagai perempuan pendamping nabi, ia telah membuktikan kepada kita bahwa perempuan bisa berperan aktif bukan saja wilayah domestik, melainkan juga wilayah publik. Perempuan juga bisa berkarir disamping ia menjadi sosok ibu rumah tangga di dalam keluarganya. Wallahu a’lam bisshawab.

*Alumni Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Jombang, saat ini menempuh pendidikan tinggi di IAIN Syehk Nurjati Cirebon.