Polres Jombang mengadakan Apel Pengamanan menjelang Haul ke-7 Gus Dur di halaman utama Pesantren Tebuireng. (Foto: Masnun)

tebuireng.online-– Haul ke-7 Gus Dur yang digelar pada hari ini, Sabtu (07/01/17) tentu mendapatkan kunjungan berbagai kalangan dari beberapa daerah. Hal ini yang memacu penguatan keamanan guna kelancaran acara haul agar berlangsung dengan hidmat. Menjelang sore di depan Pesantren Tebuireng tampak beberapa petugas gabungan dari Polres dan Banser kecamatan Diwek mulai mengatur jalannya lalu-lintas.

Pasalnya, keamanan yang digalakkan pada tahun ini tidak seperti tahun sebelumnya. Pada tahun sebelumnya pihak keamanan beroperasi lebih ketat. Sedangkan pada haul tahun ini semua pengunjung dibebaskan untuk menghadiri acara haul tanpa melalui pemeriksaan detail dari pihak keamanan. Hal tu dikarenakan tamu undangan tak ada yang merupakan pejabat tinggi negara.

Pengaman acara haul Gus Dur kali ini adalah dari pihak panitia, kemanan dan satpam pondok, Banser, serta polisi. Pengamanan terkait berlangsungnya acara haul Gus Dur dimulai sejak pagi, namun beroperasi secara serentak dan intensif mulai dari sore menjelang Isya.

Kepala Banser Jombang, Subandi Masyhudi menjelaskan, organisasi yang ia pimpin sudah menjadi pengaman langganan jika ada event yang hubungannya dengan Gus Dur. “Untuk haul ke-7 ini kami sangat berharap jika masyarakat bisa meresponnya dengan tenang dan khidmat,” ungkap Pak Subandi.

Pihaknya mengaku menurunkan 50 personil Banser dari Diwek yang secara keseluruhan meng-cover jalannya acara, sementara dari pimpinan cabang ada 40 orang. Jika ditelisik pada tahun sebelumnya, ada sekitar 400-500 personil yang datang sebagai partisipan.

Majalah Tebuireng

“Pos jaga setidaknya ada lima titik, yaitu pos masuk ke dalam pesantren, utara Bank BRI, Masjid Ulul Albab, pos masuk Gerbang dan di Pesantren MQ. Jika arus lalu lintas masih padat, jalur bisa dialihkan ke Kwaron dan pertigaan Cukir,” tegas pria yang kini menjabat sebagai kepala Banser tingkat kabupaten ini.

Sebelumnya, Banser telah mengawal acara haul Gus Dur yang diselenggarakan oleh kelompok gereja di Jombang, saat itu acara juga dalam rangka mengingat Riyanto, anggota yang meninggal karena mengamankan bom 24 Desember 2000 silam.

”Gus Dur itu panglima besar Banser se-Indonesia sekitar tahun 2000-an, meskipun tidak ada pengangkatan secara simbolik. Bagi kami, beliau adalah sosok yang mengajarkan toleransi, menyatu dengan berbagai lapisan masyarakat, dan tidak mengkotak-kotakkan,” tuturnya penuh kenang.

Senada dengan yang disampaikan Subandi Masyhudi, seorang Polwan yang tidak mau disebutkan namanya, yang ikut menjaga jalannya haul juga mengatakan hal serupa. Baginya menjaga keamanan acara Haul ke-7 Gus Dur adakah pengalaman yang menarik, bagaimana sosok Gus Dur menginspirasi seluruh kalangan dengan ideologi kontemporernya.

Disinggung tentang pengamanan, ia dan seluruh anggota Polres Jombang mengatakan bahwa di Jombang, peraturan lalu lintas adalah yang paling rawan terjadi pelanggaran. Penanganannya adalah memberikan pemahaman kepada driver. “Prioritas kami adalah para pengunjung yang ingin ke depan secara berdesak-desakan. Keselamatan dan keamanan mereka harus diperhatikan serius,” imbuhnya tanpa memberitahukan nama.


Pewarta:  Nazhatuz Zamani, Khosol Fairuz, M. Falikh Rifqi

Editor:     Munawara

Publisher: M. Abror