sumber gambar: hari santri nasional di Pesantren Tebuireng (dok. istimewa 2019)

Oleh: Nasrudin Anshori*

Menjelang 10 November yang menjadi arus balik sejarah tanah air ini
Ketika Proklamasi Kemerdekaan terus diuji oleh jiwa pongah Jenderal Mallaby
Kaum santri dengan sarungnya menjelma pagar berduri agar kolonial Belanda tak bisa menjajah lagi

Kota Surabaya tak hanya menjadi bara api
Saat takbir dan zikir ratusan ribu santri berhadapan dengan mortir dan lapisan baja
Memanjatkan doa Bagimu Negeri

Itulah prasasti paling suci dari bongkahan batu-batu sejarah yang telah lama berdebu di negeri ini
Saat jihad dan shalawat menjelma tali jagat yang menjadikan Indonesia tetap selamat
Satu tekad dan kebulatan hati:
Para kiai dan santri pantang berkhianat bagi Ibu Pertiw

Hari ini tanggal 22 Oktober
Kukenang kembali Resolusi Jihad yang menggemuruh dan sarat makna
Ketika jutaan santri sarungan itu begitu tulus mencintai tanah air dan kebangsaaan Indonesia

Itulah kenapa Hadratusysyaikh Hasyim Asy’ari pantang berhenti berjuang sebelum bangsa ini benar-benar merdeka
Ditemani Kiai Wahab Chasbullah para Kiai Khos se Jawa-Madura
Pekik takbir digemakan melalui bibir Bung Tomo yang gagah perkasa

Wahai santri-santri millenial dimana pun kini kalian berada
Jangan pernah kalian punggungi batu-batu prasasti dan buku sejarah kaum santri di tanah air kita ini
Sebab tak akan ada Indonesia jika para santri hanya sibuk bersolek dan berpangku tangan saja

Di tanganmu ada Kitab Suci Al-Qur’an dan Sunnah Nabi
Jadikan sabar dan shalat itu sebagai pilar peradaban
Berdiri kokoh dalam amukan badai kerakusan dan ketamakan
Selamatkan bangsa ini dari darurat narkoba dan syahwat kotor korupsi

Jadikan Kitab Jurumiyah sebagai pedang melawan penjajah
Jadikan Kitab Imriti sebagai pisau bedah untuk menajamkan ilmu dan pemikiran di dalam diri
Jadikan Kitab Alfiyah untuk berkhotbah di zaman pongah dan jahiliyyah agar anak-anak bangsa tak saling mencaci

Inilah saatnya kalian bergegas mencari dan menemukan makna keindonesiaan sejati
Sebab Kanjeng Nabi Muhammad sudah mewanti-wanti agar kita jangan pernah berhenti membaca dan mencari ilmu sampai mati

Jadilah pemimpin yang berdiri kokoh di atas kaki Rahmatan Lil ‘Alamin
Jadilah pedagang yang tak pernah merugi dengan modal kejujuran dan tak pernah ingkar janji
Jadilah pendakwah yang tutur katanya menyejukkan dan menunjukkan dalil aqli dan naqli yang pasti
Jadilah petani nelayan buruh atau profesi apa saja yang memberikan manfaat bagi manusia dan memakmurkan bumi

Wahai Kaum Sarungan setanah air Indonesia
Para santri yang berada di kota desa gunung lembah bahkan di mancanegara
Jadilah rantai emas bagi Ibu Pertiwi

Sebagaimana rumus Mbah Hasyim Asy’ari dalam menjalankan hidup ini
Pada masa muda menjadi Sang Pencari Ilmu

Setelah berilmu beriman dan beramal maka jadilah Sang Pemberani
Tegakkan kebenaran dan ajak berbuat baik di mana pun berada

Lalu jadilah Sang Pemimpin bagi diri sendiri dan keluarga serta bagi Nusa dan Bangsa
Sebagai pemimpinan jagalah pikiran dan tindakan
Rawatlah kata-kata agar tak menjadi fitnah ghibah dan membuat luka bagi sesama

Lalu jadilah Sang Pemersatu
Jangan pernah menjadi provokator dan menjalankan politik belah-bambu
Kibarkan Bendera Merah Putih dengan Panji Rahmatan Lil ‘Alamin di seluruh bumi dan langit NKRI

Merdeka! Merdeka! Merdeka! Allahu Akbar!!!


Gus Nas Jogja, 22 Oktober 2020
Merayakan Hari Santri

Majalah Tebuireng