Tebuireng.online- Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM mendapat antusias dari  kunjungan para santri SMA Trensains Tebuireng, Rabu (25/09/19). Tepat pukul 10.15 WIB para santri sudah berada di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM.

Berkumpul di ruang auditorium FK UGM, santri langsung disambut dengan video seputar FK UGM. Video tersebut diisi dengan sambutan Prof. dr Emilia, MMedEd, PhD, SpOG(k), yang merupakan dekan FK UGM.

Ustadz Ghofur, perwakilan pedamping dari Trensains, mengutarakan maksud dari kunjungan para santri, “Maksud kami berkunjung ke sini hanya satu. Ngangsu kaweruh (mencari pengetahuan) mengenai bidang kedokteran UGM,” tuturnya. Besar harapan untuk menjadikan para santri SMA Trensains menjadi ulama-ulama sains kealaman.

Ada dua narasumber, Ibu Kurnia Hadianti yang biasa disapa Bu Kiki dan Bapak Mulyana. Materi pertama disampaikan oeh Bu Kiki, beliau menyampaikan bahwa terjadi persaingan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2019 mengalami masa penurunan. Dibuktikan pada program studi Kesehatan dan Gizi. Pada tahun 2018, mahasiswa baru dinyatakan dengan perbandingan 1:80. Namun, tahun 2019 turun menjadi 1:47.

Berbagai kesuksesan Ahli Gizi UGM dipaparkan. Di antaranya; Departemen Kesehatan RI, membuka katering untuk diet, dan banyak lainnya. Dalam sesi tanya jawab, diajukan oleh Neli, santriwati SMA Trensains. “Apa saja kontribusi alumni terhadap kesehatan nasional?”

Majalah Tebuireng

Bu Kiki menjawab, “Sangat bermacam-macam. Di antranya terlibat dengan kurikulum nasional pada bidang kedokteran dan lainnya.” Banyak juga yang menjadi kepala dinas. Ada juga Dr. Terawan yang sekarang berada di RSPAD Gatot Subroto Jakarta dan masih banyak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Pertanyaan lain diajukan oleh Rosyad, santriwan SMA Trensains. Menyinggung perkembangan terkologi masa kini yang semakin maju, sehingga untuk apa peran dokter dibutuhkan?

“Dokter secara live tetap dibutuhkan.” Karena diagnosa-diagnosa dapat diperkuat, dan dokter memang harus melihat secara langsung pasiennya. Terutama untuk dokter kulit,  jawab beliau dengan lugas.

Bu Kiki memberi semangat kepada para santri supaya tetap semangat jika menekuni bidang kedokteran dan tidak perlu khawatir jika digantikan dengan perkembangan teknologi yang semakin maju. “Semoga kita bisa bertemu lagi di sini dan melempar toga barerng-bareng,” pungkas beliau.

Materi dilanjutkan oleh Bapak Mulyana sebagai narasumber di bidang anatomi. Pak Mulyana menyebut kepanjangan anatomi adalah “Asyik Namanya Tobat Mikirinnya”. Beliau memerlihatkan kegiatan-kegiatan pada bidang anatomi dan dokumentasi yang diperoleh sejak tahun 2005. Di akhir sesi ada penyerahan cenderamata oleh Ustadz Tendika kepada Pak Mulyana.

Selanjutnya para santri diajak untuk mengunjungi Museum Anatomi. Di museum, terdapat berbagai kadaver, tulang yang diawetkan, bermacam otak, paru-paru, saraf-saraf, dan organ-organ lain. Adapun ruangan anatomi yang berisikan anatomi bayi-bayi. Mereka adalah janin bayi kembar siam, bayi aborsi, janin usia delapan bulan, dan berbagai janin lainnya.

Materi dilanjutkan di skills lab oleh Bapak Darul Kogham yang menjelaskan ilmu terapan sebelum mahasiswa bertemu langsung dengan pasien. Berdasarkan pernyataan dari Kak Graha, mahasiswa kedokteran regular UGM, “Menangis saat melihat anatomi.” Ketika ditanya mengapa, Kak Graha menjawab, “Menangis karena pengawetnya. Ya, pengawetnya bikin nangis. Perih.”

Tidak hanya ilmu kedokteran yang didapatkan, melainkan juga ketika mahasiswa tersebut mengikuti BEM, dari teman-teman yang mengajarkan kehidupan bahwa harus ada keikhlasan juga kebaikan yang konsisten.

Kak Graha juga berbagi tips untuk menjadi mahasiswa FK UGM, yaitu menyukai semua pelajaran terutama biologi, jangan terlalu dalam memelajarinya, dan pelajaran biologi sebagai kuncinya. Karena dengan itu, semuanya akan lancar. “Semangat. Tunjukkan kalau benar-benar ingin di kedokteran,” pungkas mahasiswa kedokteran asal Indramayu tersebut.


Pewarta: Hayah Nisrinaf

Publisher: MSA