KH Ma’muri Abdusshomad saat menyampaikan mauidhah hasanah dalam Annyversary Orda RIM (Roudlotul Islamiyyah al-Mardliyyah) di Aula lantai tiga Gedung KH. M. Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng pada Jumat (05/01/2018). (Foto: Najib)

Tebuireng.online— Santri dan organisasi tak bisa dipisahkan. Begitu juga dengan organisasi tak bisa berjalan tanpa ada jamiyah atau perkumpulan. Dalam berorganisasi ada pelajaran-pelajaran yang bisa diperoleh santri, di mana hal tersebut tidak didapatkan dalam materi pembelajaran di dalam kelas.

“Dalam berorganisasi, kita mendapat pelajaran-pelajaran yang nggak bisa kita temui di sekolah. Maka dari itu bersungguh-sungguhlah kalian dalam berorganisasi, mumpung di sini juga masih ada pembinanya”, tutur dosen Ilmu Falak di Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) dan Ma’had Aly Hasyim Asy’ari (Maha) Tebuireng, KH Ma’muri Abdusshomad.

Hal tersebut disampaikan oleh pakar ilmu falak Tebuireng itu dalam acara ‘Anniversary’ ke-65 Organisasi Daerah (Orda) RIM (Roudlotul Islamiyyah al-Mardliyyah) yang mewadahi santri-santri Tebuireng dari wilayah Brebes dan Tegal pada Jumat (04/01/2018) pagi di aula lantai tiga Gedung KH. M. Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng.

Dalam acara yang bertema “Express Your Talent for Brighter Future” itu, mantan Ketua RIM tahun 1977 itu, menuturkan bahwa belajar berorganisasi itu juga sangat penting. Ia meminta agar para santri, khususnya anggota RIM, agar bersungguh-sungguh berproses dalam organisasi.

Hal itu menurutnya, dikarenakan dalam organisasi santri diajarkan berbagai hal yang bermanfaat ketika mereka terjun di masyarakat nanti. “Ya biar nanti kalau di masyarakat nggak malu-maluin,” ungkap mantan Ketua Lembaga Falakiyah NU Jombang itu.

Majalah Tebuireng

Berlanjut dengan kegitan pemotongan tumpeng yang telah dipersiapkan oleh panitia, sebagai ungkapan rasa syukur para anggota organisasi RIM dengan usia 65 tahun ini. Seluruh anggota juga diajak untuk berdoa bersama untuk keberlangsungan RIM dan kelancaran program-program dan kegiatan-kegiatan organisasi yang diisi oleh para santri dari etnis Jawa Ngapak tersebut.


Pewarta:            Rihlana Adhian Ghuvara

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin