Bom Bunuh Diri Bukan Jihad. Ilustrasi oleh M. Iqbal

Oleh: Silmi Adawiya*

Jihad yang berasal dari kata Jahd yang bermakna bersungguh-sungguh dengan mengerahkan segenap kemampuan. Dalam konteks yang luas, hal ini menanggulangi sesuatu yang tampak, setan, dan hawa nafsu. Terlihat jelas dari firman Allah QS. al Hajj ayat 78:

وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ 

 “Berjuanglah kalian di jalan Allah dengan perjuangan yang sebenar-benarnya”.

Dalam kitab Zad al Masir Fi Ilmi Tafsir, Ibnu Jauzi menjelaskan bahwa jihad pertama kali yang terkandung dari ayat tersebut adalah melakukan segala bentuk ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu jihad tidak melulu tentang angkat senjata, melainkan jihad itu juga dimanifestasikan dengan hati, menyebarkan syariat Islam, diskusi dalam mencari kebenaran, serta memperbaiki kualitas iman dalam diri.

Majalah Tebuireng

Sebagian kelompok membenarkan doktrin yang memandang bahwa bom bunuh diri adalah satu-satunya jalan jihad di jaman sekarang. Misalnya Jama’ah Ansharud Daulah (JAD) yang berhasil meledakkan bom bunuh diri ke dalam gereja di Surabaya. Praktek seperti itu mereka menyebutnya sebagai mensyahidkan diri ke wilayah musuh (al ‘amaliyyah al istisyhaadiyyah). Pandangan tersebut semakin parah ketika Abu Bakar al Baghdadi (pimpinan ISIS) menyatakan bahwa bom bunuh diri bisa dilakukan di mana saja, bisa di negara masing-masing, tidak harus berangkat ke Suriah.

Indonesia yang terkenal dengan ketenangan bumi pertiwinya, kini digoncang dengan beragam bom bunih diri secara bergatian. Mereka yang terdoktrin jihad yang seperti itu terlalu bersemangat dalam mengamalkan ajarannya. Mereka bebas meledakkan bom bunuh diri di manapun yang mereka mau. Padahal QS al Baqarah ayat 195 memaparkan:

وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”

Sebuah hadis dalam Shahih Bukhari menceritakan  bahwa mereka yang bersemangat dalam sebuah jihad adalah penghuni neraka. Dikarenakan mereka melakukan sesuatu yang berlebihan dalam proses jihad. Bahkan merekapun tidak melakukannya di medan perang.

التَقَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالمُشْرِكُونَ فِي بَعْضِ مَغَازِيهِ، فَاقْتَتَلُوا، فَمَالَ كُلُّ قَوْمٍ إِلَى عَسْكَرِهِمْ، وَفِي المُسْلِمِينَ رَجُلٌ لاَ يَدَعُ مِنَ المُشْرِكِينَ شَاذَّةً وَلاَ فَاذَّةً إِلَّا اتَّبَعَهَا فَضَرَبَهَا بِسَيْفِهِ، فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا أَجْزَأَ أَحَدٌ مَا أَجْزَأَ فُلاَنٌ، فَقَالَ: «إِنَّهُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ»، فَقَالُوا: أَيُّنَا مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ، إِنْ كَانَ هَذَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ؟ فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ القَوْمِ: لَأَتَّبِعَنَّهُ، فَإِذَا أَسْرَعَ وَأَبْطَأَ كُنْتُ مَعَهُ، حَتَّى جُرِحَ، فَاسْتَعْجَلَ المَوْتَ، فَوَضَعَ نِصَابَ سَيْفِهِ بِالأَرْضِ، وَذُبَابَهُ بَيْنَ ثَدْيَيْهِ، ثُمَّ تَحَامَلَ عَلَيْهِ فَقَتَلَ نَفْسَهُ، فَجَاءَ الرَّجُلُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: أَشْهَدُ أَنَّكَ رَسُولُ اللَّهِ، فَقَالَ: «وَمَا ذَاكَ». فَأَخْبَرَهُ، فَقَالَ: «إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ، فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ، وَإِنَّهُ لَمِنْ أَهْلِ النَّارِ، وَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ، وَهُوَ مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ»

Nabi SAW dan orang-orang bermusyrik pernah bertemu di beberapa peperangan, lalu mereka pun berperang. Setiap orang loyal kepada kelompoknya (muslim bersama muslimin dan musyrik bersama musyrikin). Di kelompok muslimin, ada seorang (prajurit) yang tidak meninggalkan orang musyrik satupun yang tua maupun yang muda kecuali ia mengejar dan menebasnya dengan pedang. Lalu orang berkata tentangnya: ‘Ya Rasul, orang itu sempurna sekali (dalam berjihad)’. Rasulullah SAW berkata: ‘Dia itu termasuk golongan penghuni neraka’ Para sahabat waktu itu tercengang dengan jawaban Nabi dan berkata, ‘siapa yang dari kita kalau begitu yang menjadi penghuni surga, kalau orang seperti tadi saja masuk golongan neraka ? Lalu, ada seorang dari sahabat yang berinisiatif, ‘Saya akan coba buntuti dia! Lalu dia bersegera mengikutinya, mengendap-ngendap dan berada di dekatnya. Ia lalu terluka, dan mencoba mempercepat kematiannya. Ia meletakkan pangkal pedang di tanah dan mata pedang di hadapkan ke dadanya. Ia tidak kuat lagi lalu membunuh dirinya sendiri. Orang yang mengamati prajurit tadi kembali menemui Nabi SAW lalu berkata:Aku bersaksi kalau engkau adalah Rasulullah SAW. Nabi SAW berkata: ‘Mengapa kau berkata demikian! Orang itu lalu menceritakan yang dia lihat. Nabi SAW kemudian berkata: ‘Sungguh, seseorang (kadang) beramal dengan amalan penghuni surga di mata manusia, padahal sesungguhnya ia adalah penghuni neraka. (Sebaliknya), Seseorang beramal dengan amalan penghuni neraka di mata manusia, padahal sesungguhnya ia adalah penghuni surga’.

Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh as Sunnah juz 3 dalam keterangan tentang as Salam fi al Islam (kedamaian di dalam Islam) bahwa Islam adalah agama yang mencintai dan memuliakan kehidupan, beserta manusia di dalamya. Islam membebaskan manusia dari ketakutan dan mendukung kehidupan manusia yang menuju ke arah kemajuan. Islam berasal dari kata as Salam yang artinya kedamaian dan keselamatan. Islam dan salam keduanya bertemu pada satu kutub, yaitu kutup ketenangan, keamanan, dan ketentraman.

Sayyid Sabiq juga menyebut bahwa Islam mengandung nilai-nilai kemanusiaan, petunjuk, cahaya, kebaikan, dan tuntunan. Maka, Islam sejak awal disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya, menuntun untuk menjaga manusia, bukan menghancurkan manusia dan segala perangkat kehidupan yang ada.

Mereka yang melakukan bom bunuh diri lebih parah dari apa yang dilakukan oleh seorang prajurit dalam hadis di atas. Mereka beranggapan bahwa meraka sedang jihad, padahal kondisi Indonesia sedang dalam keadaan damai, tidak dalam keadaan darurat perang. Bahkan ada juga yang beranggapan bahwa yang melakukan bom bunuh diri secara perorangan merupakan satu-satunya jalan untuk berjihad, karena kondisi sekarang tidak memungkinkan mereka untuk berperang secara buka-bukaan. Hal itu merupakan anggapan yang salah.

مِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا ۚ وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ بَعْدَ ذَٰلِكَ فِي الْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ

Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi” (QS. Al Maidah: 32).

Dengan demikian, bom bunuh diri yang dilakukan atas nama jihad adalah sebuah penyimpangan dalam agama. Mereka menyebabkan terbunuhnya kaum muslim atau non muslim yang dilindungi oleh pemerintah, dan itu tidak dibenarkan dalam syariat Islam. Kalau membunuh satu saja, kata Allah, seperti membunuh seluruh manusia, maka bagaimana dengan membunuh belasan, puluhan, hingga ratusan manusia? Allah menyebutnya dengan istilah an-Naas bukan hanya ‘al Muslim’. Wallahu a’lam.


*Alumnus Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Tebuireng dan Pondok Putri Walisongo Cukir, kini menempuh pendidikan di Pascasajana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta