Puisi oleh Rara Zarary

Saksi Pengabdian

Majalah Tebuireng

                        :pada guru bangsa, KH. A. Basyir AS

Angin riuh gemuruh

luka duka runtuh di pundak sesepuh

ruas tanah menebar wangi kemenyan

meraup doa dan tahlil sepanjang halaman

ada yang melayang jauh; ruh

di seberang pandang sayu aku tunduk melipat gaduh

 

Kabarnya telah pergi guru kami ke rumah Tuhan

menjumpai pencipta dengan hantaran doa – tangis – dan kepak harapan

air mata leleh pada pipi ribuan santri; gugur pahlawan kami yang teduh

surau ramai mengenang

 

Tuhan,

kami lah saksi

;begitu lembut dan teduhnya Ia mendidik bangsa di negeri pertiwi

menyatakan Ia adalah guru dan orangtua kami yang baik mengabdi

Pada sebuah puisi sesederhana ini

Kami hatur fatihah padanya hingga Jannah-Mu

Mengenang KH. A Basyir AS

Pengasuh Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep Madura

 

Jombang, 15/07/17


Yai

Di matamu, Yai

kubaca potongan ayat Al Quran

katamu, ini sisa perang rebut kebebasan

dilantun, kau dengar lalu cegat tajwidku masih kaku

 

Jemarimu gemetar

surau lapuk menua dengan keringat dingin dadamu

sebelum serdadu bom melintas di kening kami

kau berdiri lebih tegap dari tubuh renta

 

Kita berlari lagi,

gagal mengaji ke sekian kali

lampu-lampu jalan hayalah mimpi warga tak berdaya

lembar-lembar ayat purna dihempas angin, ketakutan

 

Kami paham engkau rapal ayat saban hari lepas dari rumpun jilidnya

sebab mengaji, duduk rapi di sini

hanyalah impian bangsa belum merdeka

selama bom gelegar, sepanjang suara pesawat tempur berdendang

 

Yai, kami terus mengaji dalam hati

hingga ayat-ayat tak perlu lagi berterbangan

seperti organ tubuh hilang ditebang

atau tanah air yang purna: tanpa aroma

 

Yai,

Aku telah berdiri tegak di sini

Menghatur takdzim, membaca sejarahmu berulangkali

 

Jombang, 2017


Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk Madura