Sumber foto: www.google.com

Oleh: Sabda Waktu*

Hiruk pikuk air mata telah sunyi
Dibawanya segenggam harapan, menikmati bunyi
Merelakan jalan-jalan kota basah dengan iramanya
Biar aku tersisa di sini, jika suatu saat kau cari

Aku masih diperjalanan menuju kotamu
Semoga sampai, kuharap kau sambut dengan senyum gemulai
Walau sebenarnya tak ada yang benar-benar indah di tanganku
Sebagai manusia biasa yang tak pernah masuk dalam daftar doa orang istimewa

Tunggu jika memang mau bertemu
Berlalu bila kehadiran ini hanya belenggu
Sebab kertas -di dalamnya ribuan aksara- hanya akan dibaca oleh siapa yang dadanya damai dan ikhlas menerima kedatangan yang bukan siapa-siapa ini

Tidak usah bertanya pada sesiapa tentangku
Kujelaskan dengan puisi
Yang bersamanya namamu kujadikan aksara sakral yang tak sembarang orang bisa membaca atau mendengar

Majalah Tebuireng

Sebentar,
Aku akan sampai
Pada peluk-peluk sunyi yang kuramaikan dengan deklarasi puisi
Tulisan yang lama kugenggam sebab menunggu seseorang memiliki waktu luang: membacanya.

*Rara Zarary, alumni Annuqayah Sumenep Madura.