Foto: Istimewa

Tebuireng.online- Prof. H. Masdar Hilmy, MA, Ph.D, rektor UIN Sunan Ampel Surabaya,  menjadi salah satu narasumber dalam Seminar Nasional “Silang Pendapat Makna Radikalisme” yang dilaksanakan di aula lantai 3 gedung  KH. M. Yusuf Hasyim pada Sabtu, (21/12/19).

Menurutnya, mayoritas masyarakat Indonesia masih menganggap bahwa radikalisme dan terorisme berbeda. Namun ia menjelaskan bahwa ada tiga golongan yang berbeda, yakni salafisme, radikalisme, dan terorisme.

Salafi ialah sekelompok yang memiliki pola agama tertentu dengan semangat kembali ke salafussaleh. Baik dari segi substansi agama atau hal yang sepele, seperti pakaian sehari hari seperti celana cingkrang atau berjenggot. Beliau berpendapat, bahwa kaum salafi itu mereplikakan yang dilakukam oleh Nabi pada zaman dahulu, namun banyak masyarakat yang masih menilainya teroris.

“Orang sekarang itu banyak yang phobia kalau lihat jenggot, karena identik dengan teroris. Jenggot itu ada jenggot yang untuk fashion dan jenggot ideologis,” ujarnya.

Yang kedua ialah radikalisme yang memiliki beberapa ciri seperti revolusioner, intoleransi terhadap masyarakat yang berbeda pendapat, takfir atau mengkafirkan orang lain, munculnya paksaan, dan violence atau kekerasan. Yang terakhir inilah yang akan memicu munculnya terorisme

Majalah Tebuireng

Yang terakhir yakni terorisme. Beliau berpendapat, bahwa terorisme yang terjadi di dunia ini hanya 1,28% yang disebabkan oleh agama. Penyebab yang lain ialah dikarenakan politik, sosial, dan budaya. Adapun sebab munculnya paham teroris dikarenakan dua hal, yang pertama ialah sebab inheren dalam agama dan adanya teks al-Quran dan Hadis yang menyebutkannya. Yang kedua ialah struktural, seperti kemiskinan dan penindasan.

Menurut H. Masdar, tiga kelompok ini akan terus eksis sejauh adanya alasan struktural untuk menghidupkan tiga tindakan ini. Oleh karena itu, beliau berpesan agar masyarakat tidak phobia terhadap golongan yang belum tentu memiliki paham teroris.


Pewarta: Devi

Publisher: MSA