Ilustrasi: www.google.com

Oleh: Silmi Adawiya*


Tawakal itu sebuah sifat dimana kita sepenuhnya menyerahkan setiap urusan kepada Allah setelah kita memenuhi usaha dan doa yang sungguh-sungguh. Orang tawakkal pasti bisa melewati hari yang tidak menyenangkan, karena ia mengerti bahwa manusia memiliki batas kemampuan dalam gerak-geriknya. Sebab itulah orang yang tawakkal akan berusaha dan berdoa semaksimal mungkin, kemudian ia pasrahkan hasilnya kepada Allah. Yang demikian karena ia mengerti bahwa Allah akan hadir dengan kondisi terbaik untuk hamba-Nya yang mau berserah diri kepada-Nya.

Dalam penggalan QS At talaq ayat 3 disebutkan:

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.”

Majalah Tebuireng


Lantas bagaimanakah pesona orang tawakal itu sejatinya? Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam Risâlatul Mu‘âwanah wal Mudhâharah wal Muwâzarah menjelaskan perihal tersebut dengan keterangan di bawah ini:


وللمتوكل الصادق ثلاث علامات: الأولى أن لا يرجوغيرالله ولا يخاف إلا الله، وعلامة ذالك أن لا يدع القول بالحق عند من يُرجى و يُخشى عادة من المخلوقين كالأمراء والسلاطين والثانية أن لا يدخل قلبه همُّ الرزق ثقة بضمان الله بحيث يكون سكون قلبه عند فقد ما يحتاج اليه كسكونه في حال وجوده وأشد والثالثة أن لا يضطرب قلبه في مظان الخوف علما منه أن ما أخطأه لم يكن ليصيبه وما أصابه لم يكن ليخطئه

“Ada tiga tanda bagi orang yang bertawakal dengan sebenarnya, yakni pertama, tidak berharap kecuali kepada Allah sekaligus tidak takut kecuali kepada-Nya. Hal itu ditandai dengan keberaniannya mengatakan sesuatu yang benar di hadapan seseorang yang umumnya orang memiliki harapan sekaligus merasa takut kepadanya seperti para amir dan raja. Kedua, tidak pernah merisaukan masalah rezeki disebabkan merasa yakin akan adanya jaminan Allah sehingga hatinya tetap tenang dan tentram di kala suatu keuntungan luput darinya, sama seperti di kala ia memperolehnya. Ketiga, tidak pernah hatinya terguncang pada saat diperkirakan akan datangnya suatu bahaya disebabkan ia yakin sepenuhnya bahwa tak satu pun ditetapkan ia terhindari darinya, akan tetap menimpanya; dan tak satu pun ditetapkan akan menimpanya, akan terhindar dari dirinya.”

Keterangan di atas menyatakan bahwa persona orang tawakal adalah menyembah dan memohon pertolongan hanya kepada Allah semata. Dalam poin inilah seseorang yang benar-benar tawakkal akan terlihat jelas sejauh mana ia mempercayakan urusannya kepada Allah. Karena orang yang bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya akan menyerahkan seluruh urusannya kepada Yang Maha Satu semata sehingga tidak ada yang mereka takuti kecuali Allah.

Persona selanjutnya adalah ia tidak menujukkan kekhawatiran dan ketakutannya berkaitan dengan rezeki bagi dirinya maupun bagi orang-orang yang menjadi tanggungannya. Orang yang tawakal tentu memiliki tingkat keyakinan yang tak diragukan lagi. Ia mengenal jaminan Allah yang akan dihadiahkan kepadanya jika ia sudah memasrahkan urusannya kepada Allah. Sebagai penguatnya, orang tawakal biasanya menjadikan QS Al An’am ayat 151 sebagai pegangan hidupnya.

Dan yang terakhir adalah bersikap tenang terhadap musibah yang akan menimpa. Persona yang terakhir ini erat hubungannya dengan keyakinan bahwa Allah tentu mengetahui apa yang terbaik dan kapan waktunya untuk setiap hamba-Nya, keyakinan ini berlaku ketika saat bahagia dan juga saat terpuruk sekalipun. Dengan demikian, ia akan menganggap apa saja yang terjadi adalah bagian dari ketetapan-Nya.


*Alumni Unhasy, Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta, dan Pesantren Walisongo Jombang.