Seminar sosialisasi empat pilar, resolusi jihad, aktualisasi pemikiran dan perjuangan KH. M. Hasyim Asy’ari, di Pesantren Tebuireng, Sabtu (21/10/17). (Foto: Kopi Ireng)

Tebuireng.online- Pesantren Tebuireng melalui Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy’ari dan MPR RI, menggelar acara seminar sosialisasi empat pilar, resolusi jihad, aktualisasi perjuangan dan pemikiran KH. M. Hasyim Asy’ari di Gedung KH. M. Yusuf Hasyim Tebuireng yang dihadiri sekitar 600 peserta dan para tamu undangan lainnya.

Dr. (H.C) Ir. KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, mengungkapkan bahwa KH. M. Hasyim Asy’ari adalah seseorang yang berhasil memadukan Islam dan Indonesia. Hingga menurutnya perpaduan antara Islam dan Indonesia adalah faktor utama dalam meraih kesatuan dan persatuan Indonesia.

“Diadakannya seminar sosialisasi empat pilar resolusi jihad ini untuk mengetahui pemikiran KH. Hasyim Asy’ari yang selama ini dianggap memiliki 2 kecenderungan. Konservatif aktual dan liberal. Sehingga membutuhkan penafsiran yang wathaniyyah,” ungkap Rektor Unhasy tersebut.

Beliau juga memaparkan tentang rencana-rencana pembangunan ke depannya. Seperti RS. Hasyim Asy’ari dompet dhuafa yang akan dibangun pada tahun 2019 dan sedang dibangun Museum Islam Nusantara KH. Hasyim Asy’ari yang akan diresmikan pada awal tahun 2018 nanti, serta rencana-rencana lainnya.

Adapun harapan KH. Salahuddin Wahid, yaitu lulusan-lulusan dan alumni Pondok Pesantren Tebuireng, Universitas Hasyim Asy’ari, serta para murid KH. Hasyim Asy’ari harus berani baris digarda depan demi kesatuan dan persatuan Indonesia.

Majalah Tebuireng

Ketua MPR RI, Dr. (H.C) Zulkifli Hasan, S.E., M.M mengungkapkan bahwa agama dan nasionalisme adalah dua kutub yang tidak berseberangan. Nasionalisme adalah bagian dari agama, sehingga keduanya saling menguatkan.

“KH. Hasyim Asy’ari merupakan tokoh terpenting di antara tokoh-tokoh terpenting yang melahirkan nasionalisme bangsa Indonesia,” ungkap Ketua MPR RI sebagai keynote speaker dalam acara ini.

Adapun seminar ini dinarasumberi oleh Prof. Dr. Yudian Wahyudi dari UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. KH. Ali Haidar dari UNSURI, dan Dr. H. Mif. Rochim, MA dari Universitas Hasyim Asy’ari. Ketiga narasumber tersebut mengulas tentang pemikiran KH. Hasyim Asy’ari dan bentuk-bentuk perjuangannya untuk bangsa Indonesia. Selain itu juga yang menjadi pembahasan adalah mengenai sejarah resolusi jihad.

“Pada era sekarang kita juga harus berjihad. Jihad dalam mencari ilmu. Menghilangkan kebodohan dan kemalasan. Hingga Jangan ada diskriminasi, pelecehan, penindasan,” terang Prof. Dr. Yudian Wahyudi.

Disinggung pula diakhir acara usai sesi pertanyaan oleh Prof. Dr. KH. Ali Haidar mengenai etika penyebutan KH. Hasyim Asy’ari, yang mana dalam penyebutan namanya sebaiknya kita jangan menyebutnya dengan ‘Mbah Hasyim’, namun dengan ‘Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari’. “Hadratussyaikh ini merupakan gelar yang diberikan kepada KH. Hasyim Asy’ari dan tidak etis apabila gelar tersebut dihilangkan tidak diikut sertakan.” Ungkapnya mengakhiri materi seminar.


Pewarta: Fitri Maryam

Editor: Munawara MS

Publisher: Rara Zarary