KH. Mustofa Bisri, memberi mauidhoh hasanah pada para santri dan wisudawan Al Quran dan purna siswa di Pondok Pesantren Al Aqobah Jombang, Ahad (28/4/19). (Foto: Syarif)

Tebuireng.online— Sistem di dunia pesantren menurut KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) tidak hanya fokus pada pengajaran saja tapi juga melibatkan pendidikan. Pendidikan dan pengajaran menurut Gus Mus merupakan dua hal yang berbeda.

Pengajaran menurut Gus Mus hanya pemberian informasi atau transfer ilmu dari guru ke murid. Dalam bahasa Arab disebut ta’lim. Sedangkan pendidikan merupakan serangkaian kegiatan yang mendidik karakter baik atau disebut juga tarbiyah.

“Banyak sekolah yang hanya menjalankan ta’lim tapi lupa pada tarbiyah. Hasilnya ya kayak pemimpin kita saat ini,” ungkapnya.

Murid yang hanya diajarkan tapi tidak ada muatan pendidikan maka ia hanya pintar saja. Namun tidak memiliki sikap jujur, bertanggung jawab dan amanah. Layaknya komputer yang bisa menyimpan banyak data dan file ilmu namun tidak punya sopan santun. Pemiliknya duduk dibawah, tapi ia duduk di atas meja.

“Saya dinasihati oleh ayah saya bernama KH. Bisri Mustofa, seandainya mendidik santri jangan hanya usaha dzohir saja tapi juga batinan,” jelasnya saat berkunjung ke Pesantren Al-Aqobah Jombang, Jawa Timur, Ahad (28/4/19).

Majalah Tebuireng

Dikatakannya, setiap Kiai Bisri mengisi pengajian ia mengawali dengan doa yang berbunyi “ya Allah saya sekarang diundang warga untuk menyampaikan firmanMu. Tapi sementara itu saya meninggalkan santri dan meliburkan ngaji. Oleh karena itu, bila kehadiran saya hari ini ada pahalanya maka berikan kepada para santri,” ungkapnya.

Pendidikan dzohir yaitu proses mengajarkan langsung antara guru dan murid. Sementara usaha batin yaitu meliputi doa, rasa ikhlas mengajar, dan sabar. Usaha batin dan dzohir keduanya saling menguatkan.

“Di sekolah umum mulai tingkat Sekolah Dasar hingga bangku kuliah jarang sekali ada pendidikan. Adanya hanya ta’lim. Hanya di taman kanak-kanak masih konsisten memberikan pendidikan karakter,” ujarnya.

Menurut Gus Mus, sikap guru mendoakan murid atau santri ini bukan hanya dilakukan oleh Kiai Bisri tapi masih banyak pemimpinan pondok pesantren juga melakukan hal serupa. Rutinan mendoakan para santri agar sukses.

“Dulu ada pengasuh pesantren yang meminta nama santri nakal-nakal di pondoknya. Nama-nama tersebut dikirimi doa terus terutama saat malam hari oleh sang kiai. Model kayak gini hanya ada di pesantren,” tambah Gus Mus.

Hasil dari usaha batin dan dzohir ini membuat banyak santri sukses dan bermanfaat di masyarakat. “Di sebuah pesantren ada tawaran dari Universitas Gajah Mada ke santri. Dari 11 santri, sebanyak 10 lolos. Padahal pelajarannya umum. Panitia heran dan sampai rapat. Ini berkat sowan dan doa kiai,” tutup Gus Mus.

Pewarta: Syarif Abdurrahman
Publisher: RZ