tebuireng.online– Seratus hari sudah Kiai Ishak Latief meninggalkan keluarga, santri dan sahabat beliau. Untuk mengenang pengabdian dan mendoakan beliau Pesantren Tebuireng mengadakan peringatan 100 hari wafatnnya Yai Kak, panggilan akrab beliau, di Masjid Tebuireng, Jum’at (12/06).

Acara dimulai pukul 19.00 WIB, dengan pembacaan Surat Yasin yang dipimpin oleh Ust. Ahmad Suudi dan dilanjutkan dengan pembacaan tahlil oleh Ust. Mustakim Askan. Semua santri dengan semangat mengikuti jalannya acara untuk Kiai yang mengabdikan diri untuk Tebuireng di sebagian besar hidupnya itu.

Setelah pembacaan surat yasin dan tahlil, acara dilanjutkan dengan sambutan oleh Drs. H. Ainur Rafiq, M.Hi., selaku Kepala Pondok Pesantren Tebuireng. Beliau menyampaikan bahwasanya pengajian ramadhan setelah shalat isya`(ba`da shalat tarawih) yang biasa diasuh oleh beliau KH. Ishaq Latief akan digantikan oleh KH. Taufiqurrohman dari Seblak yang merupakan salah satu dzuriyah KH. Hasyim Asy`ari dan pengasuh Pondok Pesantren Sunan Ampel Jombang. Akan dikaji dua kitab yakni Arbauuna haditsan fii fadhooilil al-Qur’an dan Masaailu al-Shalat di serambi Masjid Pesantren Tebuireng.

Mauidhoh hasanah disamaikan oleh KH. Junaidi Hidayat. dalam ceramahnya beliau menyampaikan testimoni bersama Kiai Ishaq. Menurut beliau Kiai Ishaq adalah satu-satunya kiai yang mewakafkan dirinya untuk pesantren. Pak Jun juga mengatakan bahwasanya contoh santri yang tidak pernah pulang ketika mondok adalah Kiai Ishaq. Menurut beliau Kiai Ishaq adalah kiai yang bisa menjaga keistiqomahan dan ketawadhuan. Pak Jun menyontohkan dengan ketika hendak mengajar pengajian beliau pasti belajar terlebih dulu. “Padahal kalau ngga` belajar beliau pasti bisa”, kata Pengasuh PP Al-Aqobah Kwaron Diwek Jombang tersebut.

Dalam kesempatan kali ini juga hadir KH. Hilmi Amin alumni Pesantren Tebuireng yang sekarang tinggal di Pontianak. Kiai Hilmi ini adalah salah satu santri Kiai Idris Kamali dan sahabat Kiai Ishak. Beliau juga menceritakan masa-masa nyantri-nya kepada Kiai Idris. “Dulu pesa Kiai Idris hanya satu kepada kami mulango (mengajarlah)”, kata pengasuh PP Baitul Qur`an Pontianak Kalbar itu.

Majalah Tebuireng

Selain itu beliau juga mengatakan bahwa santri yang pulang dari pesantren minimal harus biasa mengajar, walaupun hanya mengajar al-Qur`an di musholla. Sebab orang yang mengajar itu dapat tiga hal yang disampaikan dalam hadist tentang amal yan tidak terputus yakni shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang sholih. “Ketika mengajar maka dia akan mendapatlan semuanya”, tambah beliau.

Acara ditutup dengan pembacan Do`a oleh KH. Junaidi Hidayat. Seluruh hadirin yang teridiri dari santri, asatidz, masyayikh dan warga sekitar ini membubarkan diri pada pukul 22.00 WIB malam hari. (fatih/abror)