Seorang mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Unhasy menyalin tulisan dari manuskrip kuno di atas lontar. (foto: Robiah)

Tebuireng.online— Manuskrip merupakan hasil buah pikiran nenek moyang, berupa teks-teks penting yang perlu diungkap kandungannya dan ditarik relevansinya dengan konteks kekinian. Manuskrip bisa berarti bukti sejarah otentik peradaban keilmuan oleh para pendahulu sebagai identitas kedaerahan yang di dalamnya syarat akan ilmu adiluhung.

Begitu istimewanya manuskrip untuk diselamatkan dan dipelajari, maka dari itu para mahasiswa-mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Tebuireng Jombang mengetuk kesadaran untuk melakukan penyalinan manuskrip sebagai bentuk penyelamatan teks klasik yang teks aslinya rusak dan renta dimakan usia.

Kegiatan ini berlansung pada hari Kamis (01/06/2017) pukul 14.00-17.00 WIB di Kampus B Unhasy Tebuireng Jombang. Penyalinan manuskrip dibagi dalam beberapa tim untuk menyelesaikan beberapa teks. Bentuk penyalinan dilakukan memakai bahan alas lontar agar terlihat klasik dan lebih ke arah pengembalian bentuk aslinya.

“Kegiatan ini diharapkan agar anak muda mau peduli terhadap peninggalan nenek moyang kita sekaligus mempelajari teks klasik untuk ditarik relevansinya dengan dunia sekarang,” ungkap Agus Sulton, M.Hum., dosen PBSI FIP Unhasy.

Ia menjelaskan bahwa proses penyalinan semacam ini tidak lain sebagai alternatif penyelamatan manuskrip aslinya, karena kondisi manuskrip asli sudah rusak. “Harapan kami ke depan, manuskrip-manuskrip yang ada akan dilakukan proses digitalisasi,” tambahnya.

Majalah Tebuireng

Ia juga menjelaskan manuskrip yang disalin bermuatan nilai-nilai budi pekerti dan kewajiban anak kepada orang tua. Selain itu juga berupa teks cerita teladan atau perjuangan Nabi Muhammad selama di Makkah.

Ia menerangkan, manuskrip lampau yang ditemukan anonim (tanpa nama) dan tanpa tahun itu, berjumlah dua dengan judul “Syair Kanjeng Nabi” yang berisi kisah Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan aksara Arab Pegon dan “Putra Sesana” tentang etika dan susila anak dalam ajaran Hindu dengan memakai aksara Jawa kuno.

Mahasiswa-mahasiswi cukup antusias dengan kegiatan ini. Hal itu dibuktikan dengan keseriusan mereka dengan begitu teliti dalam proses penyalinan. Mereka menyalin tulisan tersebut dengan menirukan motif tulisan yang semirip mungkin dengan aslinya di atas potongan lontar.

“Saya merasakan begitu luar biasa perjuangan pendahulu kita dalam proses penyalinan manuskrip atau naskah kuno. Untuk sekedar memiliki naskah mereka harus rela menyalin sendiri atau membelinya dengan harga yang tidak murah,” ujar Zenius Nila Atika Sari, mahasiswi PBSI FIP Unhasy semester empat.

Baginya pekerjaan menyalin merupakan perjuangan melatih kesabaran dan ketelatenan yang tinggi, jika hal itu tidak dibekali dengan ilmu penyalinan yang benar, akan mendapatkan hasil yang kurang maksimal.


Pewarta:      Robiah

Editor:          M. Abror Rosyidin

Publisher:      M. Abror Rosyidin