Ilustrasi: detik

Oleh: Inayah*

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), uzlah berarti pengasingan diri untuk memusatkan perhatian pada ibadah (berzikir dan tafakur) kepada Allah Swt. Tidak jauh beda dari kata khalwat, yang secara etimologi ialah pengasingan diri dan secara terminologi ialah percakapan rahasia bersama Allah SWT di tempat yang tidak ada seorang pun yang mengetahuinya.

Adapun pengertian riyadhah secara etimologi adalah latihan, olahraga. Secara terminologi ialah ungkapan dari pensucian hati, sedangkan bentuk pensuciannya dengan menjauhkan diri dari mencampuradukkan antara sifat tabiatnya dengan nafsunya.  

Sahal bin Abdullah berkata, “Berbaurnya seorang wali dengan manusia itu adalah kehinaan, sedangkan penyendiriannya adalah kemuliaan. Belum pernah aku melihat wali Allah, kecuali ia selalu menyendiri. Uzlah atau penyendirian itu salah satu tanda-tanda kebesaran Allah Swt.”.

Sahal bin Abdullah menceritakan bahwa Abdullah bin Shalih lari dari keramaian manusia sehingga sampailah di suatu negeri kemudian tiba di Makkah. Dia tinggal cukup lama di Makkah, kemudian ada yang bertanya kepadanya, “Engkau sudah lama tinggal di sini?”. Lalu dia menjawab, “Tidak bolehkah aku tinggal di sini lebih lama lagi? Tidak ada suatu tempat yang selalu dituruni rahmat dan keberkahan lebih banyak daripada kota Makkah. Malaikat meramaikan baitullah dan aku melihat banyak keajaiban di sana, malaikat thawaf di sekitar Ka’bah dengan tanpa henti”.

Majalah Tebuireng

Beruzlah sangatlah penting bagi kita untuk menyatukan hati dan pikiran terhadap ibadah yang kita haturkan kepada Allah Swt. guna merasakan kenikmatan, kemantapan dan manisnya beribadah dan bermunajat kepada sang Maha Cinta.

Dalam Kitab Shahih Muslim telah disebutkan akan anjuran beruzlah, yaitu:

عن أبي سعيد قال : قال رجل : أي الناس أفضل يا رسول الله؟ قال: “مؤمن يجاهد بنفسه, وماله في سبيل الله” قال: ثم من؟ قال: “ثم رجل معتزل في شعب من الشعاب يعبد ربه, ويدع الناس من شره

Ibnu Mas’ud berkata, seorang  bertanya kepada Nabi Saw. “Siapakah manusia yang paling utama wahai Rasulullah? Nabi menjawab, “Orang yang berjihad dengan jiwanya dan hartanya di jalan Allah”. Lelaki bertanya lagi, “Lalu siapa?”. Nabi menjawab, “Lalu orang yang mengasingkan diri di lembah-lembah demi untuk menyembah Rabb-nya dan menjauhkan diri dari kejahatan orang lain. (HR. Muslim 1888 kitab imaroh, bab fadhlul jihadi warribathi).

Dari keterangan di atas, baik uzlah, khalwat, maupun riyadhoh, merupakan salah satu ikhtiar manusia untuk beribadah kepada Allah Swt. Tentu ikhtiar ini tidak bersifat mutlak harus dilakukan. Bagi orang yang berilmu, hukumnya wajib menyebarkan ilmunya. Tidak perlu mengasingkan diri sehingga lalai menyebarkan ilmunya. Ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain banyak menimbulkan mafsadah, maka lebih baik baginya beruzlah.

Wallahu a’lam


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari