Oleh: Quratul Adawiyah*

Kemampuam berpikir seseorang untuk menilai pengalaman-pengalaman dalam hidupnya merupakan salah satu bahan yang berharga untuk pengalaman selanjutnya dan menganggap semua itu sebagai proses hidup yang harus diterima.

Bagi mereka yang masih dalam proses pembelajaran, apa yang mereka pikirkan tersebut terkadang membuat kegiatan belajar mereka tidak fokus. Akibatnya, tak ada perkembangan pada diri mereka apalagi jika berkaitan dengan proses menghafal, sangat sulit untuk selalu diingat. Tak sedikit akhirnya di antara mereka yang menghentikan kegiatan belajar karena faktor pikiran yang tak lagi fokus pada apa yang sedang dijalaninya. Padahal mereka sendiri tidak dapat memastikan apakah esok akan bisa menjalani hidupnya lebih baik lagi, sementara sekarang ia hanya digunakan untuk memikirkan hal yang tidak penting saja.

Sibuknya memikirkan hal negatif seperti halnya memikirkan kesibukan dunia sangat berpengaruh juga pada kefokusan dan semangat dalam belajar, maka sangat disayangkan sekali jika berada pada proses pembelajaran pikiran tidak terfokuskan. Bahkan semangatnya tidak seperti ketika ia bebas dari kendala yang mempengaruhi ketenangan pikirannya.

Menurunnya semangat dalam hal belajar atau hal lainnya yang sangat bermanfaat disebabkan karena hanya hal sepele  ini sangat menghawatirkan sekali terhadap perkembangan pikiran yang tetap saja tak ada kemajuan. Jika saja yang demikian itu membuat mereka semakin terganggu dan mengetahui penyebabnya maka sangat sayang sekali jika masih membiarkan pikiran negatif itu berkelana dimana-mana.

Majalah Tebuireng

Setiap orang memang punya sifat bawaan atau watak yang berbeda-beda. Ada yang cenderung ulet, ada juga yang cenderung cepet bosan mengerjakan sesuatu sehingga mudah terpengaruh dengan suasana hati yang sedang dialaminya. Namun tidak harus dengan pikiran yang sangat berdampak negatif sekali jika mengikuti suasana hati. Walaupun pikiran terlalu pusing memikirkan banyak hal, termasuk dalam hal memikirkan kesibukan dunia. Maka justru harus semakin dekat dengan apa yang mendekatkan kita pada Allah yaitu dengan membaca Al-Quran. Semakin sering kita membacanya termasuk dengan terus mefokuskan padanya, maka akan semakin lupa terhadap masalah atau pikiran yang sedang kita alami.

Oleh karena itu jangan sekali-kali berniat bahkan sampai melakukan pekerjaan dengan menunda-nunda, sebab bisa saja itu merupakan salah satu cara setan untuk menjauhkan diri dari melakukan kebaikan. Jika memang tidak bisa mekukan proses pembelajaran dalam keadaan pikiran yang sama sekali tidak fokus, maka jangan sekali berhenti dari kegiatan mengulang-ulang apa yang sedang dipelajari. Dalam keadaan demikian, kita harus benar-benar memprioritaskan apa yang sudah kita istiqamahkan

Jika memang ingin merasakan ketenangan, jauh dari rasa gundah dan gelisah, maka sering-seringlah berkumpul bersama orang lain dalam rangka menuntut ilmu sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

مااجتمع قوم في بيت من بيوت الله، يتلون كتاب الله، ويتدارسونه بينهم، الا نزلت عليهم السكينة، و غشيتهم الرحمة و حفتهم الملائك، وذكرهم الله فيمن عنده

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah, mereka membaca kitab Allah, dan mempelajarinya sesama mereka, melainkan akan turun kepada mereka ketenangan, rahmat meliputi mereka, para malaikat akan mengelilingi mereka, dan Allah senantiasa menyebut-nyebut mereka di hadapan malaikat-malaikat yang berda di sisi-Nya.” (HR. Muslim).

Dari hadist tersebut dapat kita pahami bahwa salah satu cara mencari ketenangan pikiran yaitu dengan cara berkumpul sama orang-orang di sekitar kita untuk menuntut ilmu.

Ketenangan pikiran yaitu salah satunya dengan selalu berpikir positif dengan tujuan untuk membangun dan membangkitkan aspek positif pada diri, baik itu yang berupa potensi, semangat, tekad maupun keyakinan diri kita sehingga memunculkan perasaan, perilaku, dan hal yang baik dan telah menjadi sebuah sistem berpikir yang mengarahkan dan membimbing seseorang untuk meninggalkan hal-hal negatif yang bisa melemahkan semangat perubahan dalam jiwanya.


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari