ilustrasi pasar dibenci oleh Allah
ilustrasi pasar dibenci oleh Allah

Kita tentu tidak asing dengan “pasar” bukan? Pasar dikenal sebagai salah satu pusat ekonomi khususnya di Indonesia. Pasar sendiri secara umum dibagi menjadi dua yaitu pasar modern yang terdiri dari swalayan, mall, dan lain-lain yang pengelolaannya di bawah masyarakat kelas menengah ke atas. Sedangkan yang kedua, pasar tradisional adalah pasar yang pengelolaannya biasanya oleh masyarakat kelas menengah ke bawah. Peran dari pasar sangatlah krusial apalagi pasar tradisional yang mana masyarakat kelas menengah ke bawah sangat bergantung dari berputarnya roda ekonomi di sana.

Dalam sebuah hadis nabi Muhammad Sallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda terkait keberadaan pasar, berikut teks hadisnya:

حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ مَعْرُوفٍ وَإِسْحَقُ بْنُ مُوسَى الْأَنْصَارِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي ذُبَابٍ فِي رِوَايَةِ هَارُونَ وَفِي حَدِيثِ الْأَنْصَارِيِّ حَدَّثَنِي الْحَارِثُ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مِهْرَانَ مَوْلَى أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا وَأَبْغَضُ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ أَسْوَاقُهَا

Telah menceritakan kepada kami Harun bin Ma’ruf dan Ishaq bin Musa Al Anshari keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Anas bin Iyadl, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu Dzubab dalam periwayatan Harun dan dalam hadits Al Anshari, telah menceritakan kepadaku Al Harits dari Abdurrahman bin Mihran, mantan budak Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Lokasi yang paling Allah cintai adalah masjid, dan lokasi yang paling Allah benci adalah pasar.” HR Imam Muslim no 1076

Bagi yang membaca hadis di atas pertama dipahami dari lafadz matannya adalah Allah mencintai masjid dan membenci pasar, di sana Rasulullah tidak menyebutkan alasan mengapa Allah membenci pasar.

Majalah Tebuireng

Hal ini tentunya kontradiktif bahwasannya nabi sendiri disifati dalam al-Quran sebagai orang rasul yang berjalan di pasar.

وَمَآ أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ ٱلْمُرْسَلِينَ إِلَّآ إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ ٱلطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِى ٱلْأَسْوَاقِ ۗ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ ۗ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا

Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu maha Melihat. (Q.S. al-Furqan ayat 20)

Imam Nawawi dalam kitabnya menjelaskan maksud dari hadis Allah membenci pasar:

قَوْلُهُ وَأَبْغَضُ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ أَسْوَاقُهَا لِأَنَّهَا مَحَلُّ الْغِشِّ وَالْخِدَاعِ وَالرِّبَا وَالْأَيْمَانِ الْكَاذِبَةِ وَإِخْلَافِ الْوَعْدِ وَالْإِعْرَاضِ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَغَيْرِ ذَلِكَ

Sabda beliau, “Negeri yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasarnya, karena di sanalah tempat terjadinya penipuan, curang, riba, sumpah-sumpah palsu, ingkar janji, lupa terhadap Allah dan lain sebagainya.”[1]

Jadi menurut Imam Nawawi ada beberapa alasan yang menyebabkan makna pasar menjadi tempat yang dibenci oleh Allah yang salah satunya karena di dalam pasar biasanya terjadi penipuan antara pembeli dan penjual.

Jikalau alasan Allah membenci pasar seperti apa yang dikatakan Imam Nawawi di atas maka seharusnya segala bentuk model pasar atau tempat terjadinya transaksi jual beli yang punya indikasi adanya penipuan di dalamnya misalnya, maka akan menjadi tempat yang akan dibenci oleh Allah pula. Misalnya sebuah fenomena yang biasanya terjadi pada transaksi jual beli kendaraan bermotor, hal ini disinggung dalam kitab Syarhu al-Tahrir fi al-Hadis

 وتجد هذا الأمر واضحاً وجلياً في أماكن بيع السيارات مثلاً، وتجد بعض من يزاول هذه المهنة يتسامحون ويغشون ويكتمون ويحلفون ويدعون أن هذه السيارة وهذه السلعة سيمت كذا، وينجشون، هذا موجود في السلع كلها، لكن ظهر هذا في أماكن بيع السيارات بوضوح؛ لأن السيارات المستعملة فيها عيوب قد تخفى على المشترين، وفيها أشياء ظاهرة، وفيها أشياء خفية، فصارت أبغض البلاد إلى الله هذه الأسواق

Anda akan menemukan hal ini dengan jelas di tempat-tempat yang menjual mobil misalnya. Anda menemukan beberapa orang yang menjalankan profesi ini bersikap (seakan-akan) toleran, menipu, menyembunyikan, mengumpat dan menyatakan bahwa mobil/barang ini akan dibuat seperti ini dan mereka menawarkan. Hal ini terdapat pada semua barang, tetapi hal ini terlihat jelas di tempat penjualan mobil, sebab mobil bekas (khususnya) mempunyai cacat yang mungkin disembunyikan dari pembeli. Ada hal-hal yang terlihat di dalamnya, dan ada hal-hal yang tersembunyi di dalamnya, maka tempat yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasar ini (tempat transaksi seperti ini).[2]

Sedangkan dalam kitab Dalil al-Falihin Syekh Muhammad Ali bin Muhammad bin Allan Al-Siddiqi mengutip pendapat dari Imam as-Suyuthi bahwasanya hadis ini termasuk dalam bab majaz yakni:

هذا مجاز وصف المكان بصفة ما يقع فيه ولا يقوم به

Ini adalah majaz (metafora) untuk menggambarkan suatu tempat dalam kaitannya dengan apa yang terjadi di dalamnya bukan yang tidak terjadi di dalamnya (secara dhohirnya saja)[3]

Jika dilihat dari penjelasan beberapa ulama mengenai hadis nabi tadi bahwasannya bukan tanpa alasan, Allah membenci pasar ada beberapa alasan yang menyebabkan hal itu terjadi, di antaranya; tempat berbohong, mengingkari janji, riba, dan bahkan bisa lupa terhadap Allah.

Jika adanya hal-hal tadi yang menyebabkan pasar dibenci oleh Allah maka apabila sebuah tempat transaksi (pasar) yang di dalamnya tidak terdapat riba, pembohongan konsumen, mengingkari janji tentunya bisa menjadi tempat yang disukai Allah juga karena di dalamnya terdapat hamba-hambanya yang taat.

Baca Juga: Bantulah, Tidak Perlu Menawar Harga pada Pedagang Kecil


[1] النووي ,شرح النووي على مسلم ,5/171

[2] شمس الدين محمد بن أحمد بن عبد الهادي، شرح المحرر في الحديث، 15/44

[3] محمد علي بن محمد بن علان بن إبراهيم البكري الصديقي الشافعي، دليل الفالحين لطرق رياض الصالحين، 663/8


Ditulis oleh Nurdiansyah Fikri Alfani, Santri Tebuireng