Oleh: Ilham Zidal Haq*

Tasawuf merupakan salah satu dari tiga komponen dalam agama Islam; iman (aqidah), Islam (syariah), dan ihsan (tasawuf). Tiga hal tersebut terekam dalam hadis Jibril yang cukup masyhur (Sohih Muslim; kitab Iman, no:1). Yaitu ketika nabi saat ditanya malaikat Jibril tentang apa itu iman, Islam, dan ihsan. Para ulama menafsirkan ihsan sebagai ajaran yang berkaitan dengan hati atau tasawuf.

Ilmu tasawuf ini mulai berkembang pada abad ke-3 Hijriyyah. Pada masa itu banyak muncul para sufi yang mana kehidupan kesehariannya tak terlepas dari akhlak yang luhur, ibadah, dan amal-amal yang mendekatkan diri kepada Allah. Selain ibadah mereka juga menyempatkan untuk mengamalkan ilmunya dengan menulis berbagai kitab. Dari kitab yang yang kecil dan tipis hingga kitab yang berjilid-jilid besar. Seperti Ihya Ulum ad-Din oleh Al-Ghozali, Qut al-Qulub oleh Abu Tholib Al-Maki, Risalah oleh Imam Qusyairi, dan Risalah Mu’awanah oleh Habib Abdullah.

Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari menyarankan bagi pelajar untuk mempelajari ilmu tasawuf. Karena dengan mempelajari ilmu tasawuf bisa mengetahui tentang macam-macam keadaan dan tingkatan (al-ahwal wa al-maqomat) serta macam-macam tipu daya dan rekayasa nafsu serta bagaimana cara mengobati penyakit hati, dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya.

Dalam kitab yang ditulis beliau, Adab al-Alim wa al-Muta’allim, disebutkan bahwa salah satu adabnya pelajar dalam belajarnya itu memepelajari ilmu yang hukumnya fardu ‘ain. Beliau menyebutkan ada empat ilmu yaitu: 1) ilmu tentang dzat Allah. 2) ilmu tentang sifat-sifat Allah (kedua ilmu ini tercakup dalam ilmu aqidah atau tauhid). 3) ilmu Fiqh. 4) ilmu Tasawuf.

Majalah Tebuireng

Adapun kitab tasawuf yang direkomendasikan Hadratussyaikh adalah kitab Bidayah al-hidayah karya Al-Ghozali dan Sullam at-Taufiq karya Sayid Abdullah bin Thohir. Kedua kitab tersebut menghimpun penjelasan mengenai macam-macam keadaan dan tingkatan (al-ahwal wa al-maqomat) serta macam-macam tipu daya dan rekayasa nafsu berikut hal-hal lain yang berkaitan dengannya.

Kedua kitab tersebut seharusnya dipelajari terlebih dahulu oleh seorang pelajar setelah itu menginjak kiab-kitab yang lebih luas detail pembahasannya. Dua kitab tersebut termasuk kitab yang tipis dan kecil tidak tebal hanya terdiri dari satu jilid kecil. Maka sangat direkomendasikan bagi pelajar pemula untuk menyelami dunia tasawuf yang begitu luas.

Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari menuliskan dalam kitab Adabul Alim wa Al-Muta’allim:

العلم الرابع علم الاحوال والمقامات ومخادع النفوس ومكايدها وما يجرى مجرى ذلك، وقد ذكر ذلك كله الامام الغزالى في بداية الهداية. والسيد عبد الله بن طاهر في سلم التوفيق رحمهما الله تعالى

“Ilmu yang keempat tentang macam-macam keadaan dan tingkatan (al-ahwal wa al-maqomat sebagimana dalam ilmu tasawuf.red) serta macam-macam tipu daya dan rekayasa nafsu berikut hal-hal lain yang berkaitan. Semua ini dapat dijumpai di kitab Bidayatul Hidayah karya Al-Ghazali dan kitab Sullamut Taufiq karangan Sayyid Abdullah bin Thohir -semoga Allah meridai mereka berdua-.”

Kitab Bidayah al-Hidayah (بداية الهداية) adalah maha karya dari Hujjatul Islam Imam Ghozali (lahir di Thus: 1058 M/ 450 H wafat di Thus: 1111 M/ 505 H) yang terkenal sebagai masternya tasawuf dengan karya monumentalnya Ihya ulum ad-Din. Kitab ini menjelaskan akan ahwal proses seorang salik (penempuh jalan Tuhan) untuk mendapatkan hidayah dari Allah.

Serta menjelaskan tentang akhlak atau etika dalam berusaha untuk taqarrub kepada sang khalik dengan tata cara dan etika yang benar. Kitab ini diberi syarah oleh Imam Abdul Qadir bin Ahmad al-Fakihi (W. 998 H) dengan judul “Al-Kifayah Syarhu Bidayah al-Hidayah”, dan oleh Syaih muhammad Nawawi al-Jawi (w. 1314 H/ 1897 M) dengan judul “Maroqi al-‘Ubudiyyah”. 

Selanjutnya kitab yang direkomendasikan oleh Hadratussyaikh adalah kitab Sullam at-Taufiq, dengan nama lengakap “sullam at-Taufiq ila Mahabah Allah ‘Ala at-Tahqiq” (سلم التوفيق إلى محبة الله على التحقيق), kitab ini ditulis oleh sayyid dari yaman yaitu Sayyid Abdullah bin Husain bin Thohir ba’lawi At-Tarimi Al-Hadromi (lahir di Tarim: 1191 H- wafat 1272 H).

Dalam kitab ini menjelaskan tentang Ushuluddin, Fiqh (thoharoh, shalat, zakat, puasa, haji, dan mua’amalat) dan Tazkiyah an-Nafs (membersihkan hati) serta penjelasan tentang berbagai macam maksiat. Pembahasan memsucikan hati mencakup tentang hal-hal yang diwajibkan pada hati serta tentang nasihat. 

Selanjutanya pembahasan maksiat mencakup keterangan tentang maksiat yang terdapat pada diri seseorang, dari maksiat hati, perut, mata, lidah, telinga, tangan, kemaluan, bdan dan kaki. Pada akhir kitab ditutup dengan penjelasan taubat. Kitab ini diberi komentar oleh sejumlah ulama, diantarnya  syaikh Nawawi al-Bantani dengan judul Miroqotu Su’ud at-Tasdiq Fi Syarh Sullam at-Taufiq, syaikh Abdullah Al-Harori dengan judul Syarhu Sullam At-Taufiq, dan oleh Syaikh Muhammad bin Salim Babasil dengan judul ’Is’ad ar-Rofiq wa Bugyah at-Tasdiq’.

*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.