Oleh: Nurdiansyah Fikri Alfani*

Umat Islam dibuat heboh mengenai adanya statement seorang politikus India, Nupur Sharma, pada acara debat yang ditayangkan stasiun televisi setempat. Dalam pernyataannya, politikus tersebut menghina cara umat Islam beribadah dan yang membuat kita semakin heran dia juga menghina Nabi Muhammad SAW dikarenakan beliau menikahi Siti Aisyah dalam usia yang masih belia. Bagaimanakah sikap kita semestinya melihat kejadian ini, pantaskah kita marah, dan membalas perbuatan orang yang menghina Nabi Muhammad yang kita cintai?.

Sebelumnya, kita ingat kembali, penghinaan terhadap agama Islam terkhusus kepada Nabi Muhammad SAW bukan hanya kali ini terjadi, bahkan saat beliau masih hidup pun ada berbagai macam penghinaan terhadap beliau. Mulai dari yang berupa cacian bahkan ada yang sampai melukai fisik beliau yang indah, lantas apakah beliau marah karena ada yang mencaci dan melukainya?.

Dalam kitab Sahih Bukhari ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Siti Aisyah ketika beliau bertanya kepada Nabi Muhammad mengenai apa hal yang paling berat setelah perang Uhud? Kemudian beliau menjawab pertanyaan tersebut dengan mengatakan bahwa saat beliau pergi ke Thaif saat meminta perlindungan di sana tetapi penduduknya malah mengolok-olok bahkan sampai membuat Nabi terluka.

Majalah Tebuireng

Kemudian dalam hadis tadi ada redaksi yang menyebutkan bahwa saat setelah kejadian itu Nabi Muhammad SAW didatangi oleh malaikat Jibril yang menunjukkan bahwa ada malaikat penjaga gunung yang siap melempari penduduk Thaif dengan gunung dikarenakan perbuatan mereka terhadap Rasulullah SAW. Lalu apa sikap Rasulullah SAW setelah mengetahui hal itu, apakah beliau terbawa emosi dan memanfaatkan tawaran dari malaikat Jibril tadi? Di sinilah terbukti bahwa betapa mulianya junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sabarnya tidak ada batas,  akhlak mulianya paling tinggi di atas makhluk hidup lainnya, beliau berkata pada malaikat Jibril:

 قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا

Artinya : Nabi ﷺ bersabda, “Tidak. Bahkan aku berharap Allah akan memunculkan dari anak keturunan mereka orang yang menyembah Allah satu-satunya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun“.

Beliau sama sekali tidak memanfaatkan tawaran malaikat Jibril tadi, kenapa alasannya. Beliau berorientasi kepada masa depan keturunan penduduk Thaif, siapa tahu jika di masa mendatang anak turun mereka menjadi golongan kaum muslimin.Lantas bagaimana sikap kita seharusnya jika ada orang yang menghina Nabi Muhammad SAW setelah kita meneladani Rasulullah dari cerita di atas?

Pertama, jika kita marah itu adalah hal wajar, kita layak protes keras terhadap penghinaan kepada Nabi Muhammad SAW. Kedua, kita harus meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW tidak seperti yang mereka asumsikan lewat cacian. Ketiga, jangan sampai kita terprovokasi dengan apapun yang mengarahkan kita untuk berbuat kekerasan, karena kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan masalah dan malah menimbulkan masalah baru.

Perlu kita ketahui bahwa berapa pun jumlah orang yang menghina Nabi Muhammad SAW tidak akan pernah membuat derajat beliau turun sedikit pun. Hal itu malah membuktikan bahwa beliau punya eksistensi di mata manusia, bukan hanya umat Islam tapi seluruh umat manusia di dunia.


*Santri Tebuireng