KH. Musta’in Syafi’i menyampaikan Khutbah Idul Adha

Oleh: Dr. KH. A. Musta’in Syafi’ie, M.A*

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ

 اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡیَ قَالَ یَـٰبُنَیَّ إِنِّیۤ أَرَىٰ فِی ٱلۡمَنَامِ أَنِّیۤ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ قَالَ یَـٰۤأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِیۤ إِن شَاۤءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّـٰبِرِینَ

Majalah Tebuireng

Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (Q.S. Ash-Shaffat: 102)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Membaca laporan The World Population Review bahwa penduduk dunia itu sekitar 7,9 Miliar. Baru-baru ini ada peningkatan angka umat Islam dari yang sejumlah 1,4 Miliar menjadi 1,9 Miliar, yang berarti lebih dari 24 % penduduk bumi beragama Islam.  Menariknya lagi adalah mengapa dunia semakin hari semakin merespon Islam? Di samping karena ajarannya bisa dibuktikan, ditambah bahwa ajaran Islam itu paling dipatuhi oleh umatnya.

Terbukti dari ibadah kolosal setahun sekali yakni haji. Tak ada agama lain yang mampu menyelenggarakan ibadah haji seperti ini. Setiap tahun kita sudah mendengar hikmah Idul Adha. Mulai dari aktor utamanya Ibrahim, Ismail, dan peran ibunya yang ikhlas. Dunia ini tidak ada yang mengatakan ada bapak tega menyembelih anak kandungnya sendiri. Tidak ada seorang ibu yang mengikhlaskan anaknya disembelih. Tapi atas perintah Allah, seorang Ismail membuktikan totalitas keimanannya.

Kalau membaca Al-Quran meskipun Ibrahim itu mendapat wahyu dan jelas bahkan dibahasakan dengan dua lafadz taukid; yakni inni dan anni. Tapi kemudian masih ada unsur musyawarah dengan Ismail. Di sini terlihat bahwa Ibrahim tak mengajak musyawarah istrinya, melainkan anaknya. Itu artinya mungkin musyawarah dengan ibunya itu memberikan kemungkinan ada hal-hal yang bisa menghambat keputusan. Ini jadi dalil bahwa ada hal yang tidak perlu diobrolkan dengan istri. Karena jika diobrolkan malah mungkin nanti semakin runyam. Lebih baik disuruh tawakal.

Dari segi nama, wuquf itu artinya berhenti. Hendaknya umat Islam mempunyai waktu untuk wuquf. Seharusnya manusia itu ada waktu wuquf, dengan meninggalkan keduniawian, syahwat politik, untuk sebentar diam di hadapan Allah. Mengajak dialog diri sendiri, biar tak asing dengan diri sendiri. Sebab kita sering asing dengan diri sendiri, “sakjane aku iki wes apik ta gak?” (sebenarnya saya ini sudah baik atau tidak). Dialog dengan diri sendiri itu ciri orang yang pangerten (mengerti).  Kalau orang Jawa memaknainya “iso rumongso, ojo sampe rumongao iso.” (bisa berprasangka, jangan berprasangka bisa)

Dari situlah, Nabi Adam dan Hawa sampai mampu mengeluarkan pengakuan yang sangat hebat, “dzalamna anfusana.” Tetapi betulkah itu mendalami jiwa kita ini dzalim. Sehingga manusia perlu berhenti dulu “wuquf”, baru bisa paham dan kenal “arafah”. Makanya dalam hal ini perintah seberat apa pun akan bisa terasa ringan, jika mampu mengenal diri sendiri. Kambing yang menjadi simbol nafsu itu mesti disembelih. Tidak mungkin bisa orang menyembelih nafsunya sendiri tanpa melalui proses wuquf dan arafah (pangerten).

Karena itu awal menuju kebahagiaan dan kesuksesan adalah membunuh nafsu-nafsu dulu, yang oleh fiqih disebut Dar’ al-Mafasid, baru kemudian Jalb al-Masalih. Kita sudah tahu kok menyembelih itu banyak falsafah. Tapi kalau kita tarik kepada realitas, mana yang harus didahulukan antara membangun ekonomi atau memberantas korupsi?

Menurut Ushul Fiqih dan falsafah Idul Adha ini ya memberantas korupsi dulu. Coba kita introspeksi, kurang apa negeri ini? Ulama, kiai, cendekiawan juga banyak, mufasir muhadis, perguruan tinggi, pesantren pun banyak, tapi belum punya kemantapan keimanan bahwa apa yang disampaikan oleh Allah itu pasti benar dan perlu dilaksanakan.

Saya contohkan syariat Islam siapa pun yang merusak tatanan umum, itu dibunuh, siapa pun yang mencuri ya dipotong tangan.

إِنَّمَا جَزَ ٰ⁠ۤؤُا۟ ٱلَّذِینَ یُحَارِبُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَیَسۡعَوۡنَ فِی ٱلۡأَرۡضِ فَسَادًا أَن یُقَتَّلُوۤا۟ أَوۡ یُصَلَّبُوۤا۟ أَوۡ تُقَطَّعَ أَیۡدِیهِمۡ وَأَرۡجُلُهُم مِّنۡ خِلَـٰفٍ أَوۡ یُنفَوۡا۟ مِنَ ٱلۡأَرۡضِۚ ذَ ٰ⁠لِكَ لَهُمۡ خِزۡیࣱ فِی ٱلدُّنۡیَاۖ وَلَهُمۡ فِی ٱلۡـَٔاخِرَةِ عَذَابٌ عَظِیمٌ

Hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-nya dan membuat kerusakan di bumi, hanyalah dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara silang, atau diasingkan dari negeri tempat kediamannya. Yang demikian itu kehinaan bagi mereka di dunia, dan di akhirat mereka mendapat azab yang besar. (Q.S. Al-Ma’idah: 33)

Kita lihat China, ulamanya tidak seberapa, ahli hadis juga begitu, tapi dia yakin bahwa menghukum mati koruptor itu wajib. Bandingkan dengan Indonesia pada sekarang hari ini sudah lebih dari 400 kepala daerah yang dipenjara. Saya tidak ragu menyampaikan hal ini, mengapa negeri ini banyak majelis fatwa, tetapi tak ada yang berani berfatwa “menyembelih” mereka. Buat apa kurban sapi besar tapi tak bisa menyembelih nafsunya sendiri.

Elsalvador negara kecil di Amerika yang sangat rusuh kotor. Namun saat presidennya Nayib Bukele yang berdarah Palestina, maka ia langsung bertindak memenjarakan dan hukum mati 50 ribu penjahat. Sekarang menjadi negara yang paling aman. Produk Domestik Bruto (PDB) bisa naik sampai 8.975 USD per-Kapita.

Kedua, yang memberikan kesempatan dirinya sendiri kemudian bisa membawa negaranya makmur, yakni Pantai Gading Alassane Quattara yang memanfaatkan waktu hajinya untuk berlama-lama dengan Allah. Tak sampai setahun Pantai Gading 5000 USD.

Di wilayah Afrika bagian Selatan, negara kepulauan Mauritius yang muslimnya hanya 17 %. Presidennya Dr. Ameena Gurib Fakim—ahli kimia biologis. Dia betul-betul tidak pernah punya syahwat politik. “Politik sendiri yang memilih saya.” Begitu katanya. Hasilnya semua layanan masyarakat kesehatan gratis, pendidikan gratis, rakyat 80% sudah punya rumah sendiri, dan PDB nya sebesar 19.000 USD per-kapita.

Siapa yang tidak tahu kemakmuran negeri ini, tapi lihat taraf ekonominya, di tingkat Asean, Indonesia hanya peringkat ke-5, kalah dibanding Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand. Negeri ini kurang berani menyembelih nafsu-nafsu politik duniawi. Masih saja politik dibuat media orang yang berkepentingan.

Coba kita tiru Umar ibn Khattab ketika negeri Mesir belum ada gubernur. Ia mencari gubernur yang ideal. Para sahabat usul “Ya Amirul Mukminin, mengapa susah-susah. Putramu Abdullah ibn Umar, seorang yang bijak.” Jawaban Umar, “Biar saya saja yang berurusan dengan Allah tentang masalah umat. Yang lebih pantas jadi gubernur Mesir banyak, dari pada anakku sendiri.” Akhirnya dipilih Amr ibn Ash sebagai gubernur. Oleh karena itu keberanian ulama’, pemimpin, dan rakyat Indonesia untuk menyembelih nafsunya sendiri sangat dibutuhkan.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

*Mudir I PP .Madrasatul Qur’an

Pentranskrip: Yuniar Indra Yahya