Oleh: Rara Zarary*
Satu, dua, tiga…
waktu terus berlalu
membawa kita pada ujung kerelaan
memaksa kita berhadapan dengan cermin perpisahan
dari kejauhan
diam-diam menatap satu per satu;
wajah guru-guru
wajah sahabat-sahabat
halaman sekolah, juga ruang kelas yang abu-abu
betapa tahun ke tahun kita tumbuh di sini
dari tak tahu apa-apa
hingga pandai mengeja dan membaca
mulai dari tak kenal siapa-siapa
kini berteman dengan siapa saja
dari jendela sekolah
kita baca secarik rela sekaligus duka di mata mereka
juga di mata diri
mungkin ini menjadi pesta air mata
melihat keharuan sebuah keridaan dari wajah guru
dari senyuman yang begitu renyah sahabat-sahabat
juga atas kebahagiaan karena pencapaian bersama
melepas memang begitu menyakitkan
namun ini adalah perjalanan
di mana satu per satu harus lanjut berjuang
saatnya satu persatu menempuh jalan masa depan
di dalam dada
di setiap doa
nama-namamu guru, nama-namamu sahabat
akan terus hidup, tak redup
menjadi bagian abadi dalam hidup
menempati ingatan paling baik dalam kenang
dan perjalanan paling mengesankan
yang tak akan pernah dilupakan
untukmu guru-guru
kepadamu sahabat-sahabat
segala terima kasih dan maaf diungkap
di titik penuh doa dan harap.
*Alumnus An-Nuqayah, Pegiat Komunitas Pesantren Perempuan.