sumber ilustrasi: kompasiana.com

Oleh: Rara Zarary*

Satu, dua, tiga…

waktu terus berlalu

membawa kita pada ujung kerelaan

memaksa kita berhadapan dengan cermin perpisahan

Majalah Tebuireng

dari kejauhan

diam-diam menatap satu per satu;

wajah guru-guru

wajah sahabat-sahabat

halaman sekolah, juga ruang kelas yang abu-abu

betapa tahun ke tahun kita tumbuh di sini

dari tak tahu apa-apa

hingga pandai mengeja dan membaca

mulai dari tak kenal siapa-siapa

kini berteman dengan siapa saja

dari jendela sekolah

kita baca secarik rela sekaligus duka di mata mereka

juga di mata diri

mungkin ini menjadi pesta air mata

melihat keharuan sebuah keridaan dari wajah guru

dari senyuman yang begitu renyah sahabat-sahabat

juga atas kebahagiaan karena pencapaian bersama

melepas memang begitu menyakitkan

namun ini adalah perjalanan

di mana satu per satu harus lanjut berjuang

saatnya satu persatu menempuh jalan masa depan

di dalam dada

di setiap doa

nama-namamu guru, nama-namamu sahabat

akan terus hidup, tak redup

menjadi bagian abadi dalam hidup

menempati ingatan paling baik dalam kenang

dan perjalanan paling mengesankan

yang tak akan pernah dilupakan

untukmu guru-guru

kepadamu sahabat-sahabat

segala terima kasih dan maaf diungkap

di titik penuh doa dan harap.

*Alumnus An-Nuqayah, Pegiat Komunitas Pesantren Perempuan.