Salwa Nafiza Mumtaza, Mahasiswa PBA Unhasy yang meraih beberapa kejuaran di bidang MTQ tafsir Al Quran. (foto: ist)

Tebuireng.online— “Apapun cita-citamu, Hafidah Al Quran adalah yang utama,” begitulah motto Salwa Nafisah Mumtaza, Mahasiswi yang kini duduk dibangku kuliah semester 4 program studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy).

Di sela-sela padatnya jadwal perkuliahan, setoran, dan nyimak hafalan, wanita kelahiran Nganjuk ini juga merupakan mahasiswi berprestasi yang pernah meraih beberapa kejuaraan: mulai dari juara 3 di MTQ Jombang tahun 2023, juara harapan 1 di MTQ Kota Surabaya di cabang yang sama, dan baru-baru ini sabet juara 2 cabang lomba Tafsir Al-Qur’ an Bahasa Arab Putri di MTQ XXXI Tahun 2024 kabupaten Gresik, pada 10-12 Mei 2024.

Berangkat dari motivasinya ingin menjadi Hamilil Quran lafdhon, wa ma’nan wa ‘amalan, wanita yang akrab disapa Acha ini memberanikan diri untuk mencoba mengikuti beberapa ajang perlombaan, dari ajang tersebut Acha ingin mengukur kemampuan hafalannya, menambah motivasi menghafal dan ingin lebih menguatkan lagi hafalannya.

Meskipun ia juga mengaku kurang puas dengan penampilannya pada lomba yang baru-baru ini diraihnya, ia tetap bersyukur dengan apa yang telah didapatkannya, dan akan terus belajar kembali, mengingat persiapannya untuk mengikuti lomba ini cukup singkat, hanya memakan waktu 3 minggu.

“Seneng sih, tapi belum bisa tampil maksimal karena ada beberapa soal tafsir yang belum saya jawab dengan sempurna dan artinya saya harus belajar dan belajar lagi,” ungkapnya dengan sedikit kecewa.

Majalah Tebuireng

Santri Pondok Pesantren Putri Wali Songo ini juga membagikan tips untuk memperoleh juara sepertinya adalah dengan sering muroja’ah hafalan, latihan MHQ, dan menghafal tafsirnya.

Baginya, bukan hal mudah untuk mendapatkan juara-juara tersebut, diperlukan Usaha maksimal, doa maksimal, selebihnya ia serahkan kepada Allah. “Karena itu adalah yang terbaik menurut Allah,” ujarnya.

Diakhir ia juga membagikan pengalaman mengesankan baginya selama menjadi santri. “Bukan tanpa air mata, tetapi nikmatnya luar biasa ketika bisa selalu bersama  A-Qur’an. Banyak menghabiskan waktu dengan nderes (mengaji) adalah anugerah yang luar biasa,” pungkasnya.



Pewarta: Ilvi Mariana