Ketua Pusat Kajian Pemikiran KH. M. Hasyim As’ari Tebuireng menyampaikan sambutan dalam semianr “Mencari Kesepakatan tentang Makna Politisasi Agama” di Pesantren Tebuireng pada Ahad (04/03/2018). (Foto: Kopiireng)

Tebuireng.online— Genap satu tahun Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy’ari (PKPH) Tebuireng, telah hadir di tengah masyarakat untuk memberikan inspirasi dan solusi terhadap berbagai isu yang berkembang dan menjadi perdebatan bahkan menjadi konflik yang mengarah pada disintegrasi NKRI, khususnya yang mengacu pada hubungan antara agama dan negara.

Untuk itu, PKPH Tebuireng mengadakan acara seminar yang keenam dengan tema “Mencari Kesepakatan Tentang Makna Politisasi Agama” pada Ahad (04/02/2018) di Gedung KH. M. Yusuf Hasyim lantai tiga Pesantren Tebuireng.

Ketua PKPH Tebuireng, H. Mif Rohim menjelaskan, Isu terkini yang dihadapi, yaitu adanya Pilkada serentak pada 27 Juni 2018, meliputi 171 daerah. Menurutnya, kalau saja dalam proses Pilkada muncul politisasi agama maka akan muncul juga konflik antara golongan tekstual dan golongan kontekstual, golongan radikalisme dan golongan libralisme yang akan mengarah pada disintegrasi NKRI.

Sebagai suatu pertimbangan, munculnya ISIS, lanjut Wakil Rektor III Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) itu, menimbulkan konflik antar negara Islam, munculnya benturan Syiah dengan Wahabi, dan munculnya terorisme, sehingga menyebabkan adanya politisasi agama.

“Kesalahpahaman doktrin keagamaan, doktrin ideologi berbangsa dan bernegara dengan menggunakan pemikiran yang ekstrim, sehingga ISIS ini disebabkan oleh pemahaman ideologi yang salah, sehingga terjadi peralihan politik menjadi politisasi dan ini membahayakan bagi Indonesia dan dunia global,” kata H. Mif Rohim.

Majalah Tebuireng

Ia menjelaskan, dalam membangun dunia global pada abad ke-21 atau milenium ke-3. Persoalan ISIS dan politisasi agama yang tidak kunjung diselesaikan akan menjadi bencana bagi umat di dunia. Ia menyebut, selama abad ke-20, kematian disebabkan adanya pemahaman yang salah mencapai 167 juta jiwa.

“Amerika Serikat dan Inggris, serta sekutunya, telah melakukan gerakan untuk menghabisi ISIS, tetapi tidak bisa, ISIS mempunyai jaringan sebanyak 10 ribu di internet yang melalui website ISIS, dan  kelompok yang mendukung ISIS ada ratusan ribu orang,” lanjutnya.

Untuk itu, ia menegaskan, jika di Indonesia, masalah-masalah yang rawan menimbulkan konflik tersebut, tidak diberantas dengan cepat maka tidak mustahil akan semakin membahayakan. “Namun, jangan khawatir bahwa Pusat Kajian Pemikiran Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari akan memberikan formulasi konsep ideologi beragama dan bernegara,” ungkap Dosen Universiti Teknologi Malaysia (UTM) itu.

Konsep pemikiran KH. M. Hasyim Asy;ari menurutnya, dapat menjadi inspirasi dan prinsip epistimologi dalam membongkar khazanah Al Quran yang akan melahirkan aksiologi yang diidam-idamkan. “Kami akan bekerjasama dengan Mabes Polri di akhir bulan ke Solo dan ke Jakarta, semoga sosialisasi pemikiran ini akan benar-benar sesuai dengan (ayat) ‘Wa maa arsalnaka illa rahmatan lil alamin (tidaklah kami diutus selain sebagai rahmat bagi semesta alam)’,” pungkasnya.


Pewarta:            Anita Laili Mahbubah

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin