sumber ilustrasi: info.com

Oleh: Maulida Firdaus*

Masihkah kamu bingung atas tujuan hidupmu? atau masih bingung untuk apa dilahirkan? Untuk siapa kamu melakukan? mengapa kamu harus melakukannya? pertanyaan seperti itu kerap kali menganggu mental kesehatan, atau banyak yang menyebut seseorang yang demikian sedang mengalami quarter life crisis. 

Fenomena ini banyak anak muda mengaku mengalami fase quarter life crisis atau yang biasa kita kenal krisis seperampat abad, yaitu fase seseorang tak memiliki tujuan hidup atau terlalu banyak pilihan mengenai hal yang ingin dilakukan. Biasanya hal ini terjadi ketika peralihan masa remaja menuju masa dewasa. kondisi ini tak jarang ditemui melalui laman media sosial, baik berupa tulisan, audio visual, video, dan lainnya yang (dianggap) menjadi salah satu jembatan remaja merasa memiliki sandaran hidup, padahal harusnya bukan demikian.

Kondisi itulah yang terjadi pada sebagian banyak remaja saat ini, namun hal ini tidak berlaku bagi Sultan Mehmet II atau Muhammad Al-Fatih, seorang pemimpin kerajaan Ustmani yang ke-7. Tulisan ini sengaja mengambil kisah Sultan Mahmet, yang sejak kecil ayahnya atau Sultan Murad II menanamkan pendidikan karakter seorang pemimpin yang berharap kelak putranya akan menjadi pemimpin yang kuat.

Sejak Sultan Mahmet dalam kandungan, Sultan Murad II sering membacakan Surat Al-Fath. Tidak sampai di situ, Sultan Murad II juga memberikan pendidikan agama, akademis, seni, bahkan strategi berperang. Sultan Mehmet juga seorang penghafal Al Qur’an dan memahami hadist sejak ia masih kecil.

Majalah Tebuireng

Ketika masih muda, Sultan Muhammad Al-Fatih berambisi untuk menaklukan kota Konstantinopel. Perlu diketahui bahwa menaklukan kota Konstantinopel tidaklah mudah, pemimpin sebelumnya pernah melakukannya namun usahanya selalu gagal. Hal ini tidak membuat Sultan Muhammad Al-Fatih menyerah, sebelumnya Ia telah menyiapkan pasukan yang kuat. Strateginya dalam melakukan peperangan tidak lupa dengan bantuan ulama, menariknya material peluru dan meriam untuk berperang dibuat sambil tak henti-hentinya mengucapkan “tiada ada daya dan kekuatan selain Allah,” oleh seorang Wazir atau Syekh dari kejauhan.

Tepatnya 29 Mei 1453 kota Konstantinopel berhasil dijatuhkan, pasukannya mengibarkan bendera Utsmaniyah dan Muhammad Al-Fatih bersujud sebagai tanda syukur kepada Allah. Penaklukan ini juga telah tertulis dalam Hadist Nabi Muhamammad yang menyebutkan bahwa kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan islam tak heran juga pemimpin yang menaklukannya adalah sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya. Dari kota yang bernama Konstantinopel berubah menjadi Istanbul yang artinya negeri orang Islam.

Banyak hal yang bisa kita pelajari dari perjalanan dan perjuangan kisah hidup pemimpin Muhammad Al-Fatih, mungkin juga ini bisa menjadi rujukan remaja untuk tidak lagi merasa selalu ada dalam kebingungan, keputusasaan, atau bahkan ketidakpercayaan pada kemampuan diri. Sehingga dengan banyak membaca kisah teladan, kisah inspiratif akan membantu kita menemukan solusi persoalan dalam kehidupan, termasuk saat merasa sedang berada di fase quarter life crisis. 

Adapun salah satu pemicu terjadinya quarter life crisis adalah penggunaan media sosial yang tak bisa dikendalikan atau dimanfaatkan dengan baik, seperti membandingkan pencapaian diri sendiri dengan orang lain padahal dari diri sendiri tentu memiliki awal dan akhir yang berbeda dengan orang lain.

Oleh karena itu, kembali menyusun langkah yang ingin dilakukan, menyusun strategi yang realistis, tetap percaya dan fokus pada diri sendiri selanjutnya berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain di sosial media dan jangan lupa meminta petunjuk kepada Allah swt, hal inilah yang mungkin akan membuat kita lulus dan selamat dari quarter life crisis. Mari sama-sama berjuang, menjadi pribadi yang kuat, manfaat, dan sukses (sesuai versi kita masing-masing).

*Redaktur Majalah Tebuireng, saat ini sedang belajar di Unhasy.