Tebuireng,org— Dikenal sebagai tokoh pejuang pluralisme, demokrasi dan juga kemanusiaan, KH Abdurrahman Wahid, presiden RI yang keempat kerap menggunakan kekuasaanya guna guna kepentingan rakyat dan memberikan teladan mengenai etika dalam kepemimpinan. Hal tersebut disampaikan oleh beberapa tokoh dalam haul atau peringatan lima tahun wafatnya Gus Dur pada Sabtu(27/12), bertempat di Ciganjur, Jakarta Selatan.

Dalam acara tersebut tampak hadir sejumlah tokoh dari berbagai agama dan beberapa tokoh diantaranya Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Mantan Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari, Mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli serta Mantan Ketua DPR Akbar tandjung. Ratusan warga juga tidak ingin melewatkan acara yang digelar di kediaman Gus Dur ini.
Putri kedua Gus Dur, Yenny Wahid menyatakan bahwa tema peringatan haul ini adalah “Kepemimpinan Etis dan Tawadlu kepada kepentingan Umat”. Dalam acara tersebut juga Nampak putrid- putri Gus Dur mendampingi sang ibu, Shinta Nuriyah. “Dengan tema ini kami ingin pemimpin saat berkuasa menjadi kepentingan rakyat. Jangan manjabat hanya sekedar untuk berkuasa, igin enak- enakan di atas,”ungkapnya.Dalam pengakuannya, Hajriyanto menyatakan, Gus Dur semasa hidupnya memberikan suri tauladan kepemimpinan. Tidak hanya dicintai dan disayangi oleh kaun nahdhiyin, namun juga oleh semua kalangan termasulk ndirinya yang dari Muhammadiyah.Gus Dur juga adalah tokoh humanism internasional, paparnya.
Etika Kepemimpinan
Akbar Tandjung mengungkapkan, banyak pemikiran Gus Dur yang layak diperjuangkan terutama beerkaitan erat tentang etika kepemimpinan. “Pemimpin itu harus menjujung nilai- nilai yang berkaitan dengan etika dan moralitas. Itu amat penting bagi seorang pemimpin,“ ujar Akbar.
Masih menurut Akbar, kepemimpinan Gus Dur musti dicontoh oleh pemimpin Indonesia kini. “Jangan mnejadi pemimpin yang semata- mata mengejar posisi , kedudukan serta kekuasaan.pemimpin yang baik harus emnggunakan kekuasaannya untuk kesejahteraan rakyat,” imbuhnya.
Dalam sambutan mewakili keluarga, Inayah wahid mengatakan bahwasannya guna mengatasi permasalahan- permasalahan kebangsaan, misalnya kemisskinan, bencana alam, konflik, dan kekerasan, Indonesia memerlukan pemgembangan gerakan kepemimpinan yang berlandaskan pada nilai- nilai etis dan kerendahhatian.
Cita – cita ini seharusnya menjadi suatu bentuk gerakan bersama, baik dari pemimpin lokal maupun nasional. “Kepemimpinan itu ukurannya kekepatutan, moralitas,dan kemaslahatan bersama, bukan sekedar pencitraan,”kata Inayah Wahid.
Putri keempat Gus Dur ini menyatakan, sekjak menjadi presiden keempat, keberadaan Gus Dur menjdi mudah dijangkau oleh keluarga dijangkau keluarga, pasalnya, sebelum menjabat menjadi orang nomor satu di negeri ini, kami tidak menetahui Gus Dur ada dimana, ngapain, sangat tidak terjangkau mengingat saking eseringnya beliau blusukan . Gus Dur dulu jarang ada di rumah.(dewi/abror)

Majalah Tebuireng