Tebuireng.online- Untuk pertama kalinya, M. Dzannurain Aldivano atau kerap disapa Gus Ivan hadir di hadapan para santri sebagai pembicara dalam seminar yang diselenggarakan oleh Organisasi Santri Pondok Putri (OSPI) pada Jum’at, 11 Desember 2020. Adapun tema yang dibawakan adalah The Role Power of Santri, yakni kekuatan peran santri.

Pada awal materi, beliau sedikit menyinggung tentang santri yang seharusnya bersikap moderat dan toleran juga tidak merasa paling benar. “Setiap orang tidak punya hak untuk (merasa) paling benar,” ujar Gus Ivan.

Beliau menuturkan bahwa seorang santri tidak boleh merasa bahwa dirinya sudah benar sehingga mudah menyalahkan orang lain. Lalu, mengenai sikap toleran, putra dari KH. Agus Fahmi Amrulah Hadziq ini menjelaskan bahwa sikap toleran santri itu berupa akhlak terpuji yang dimilikinya.

Gus yang mendapat predikat Duta Santri Ma’had di Universitas Sunan Ampel Surabaya ini, menekankan bahwa santri harus mempunyai karakter kuat karena karakter tidak dicari melainkan dibentuk dan pesantren adalah tempat pembentukkan karakter tersebut. Dari lingkungan pesantren, santri dibentuk menjadi pribadi yang reflektif, efektif, aktif, kreatif, inovatif, serta mandiri.

Menurutnya, mandiri adalah proses yang direalisasikan untuk menuju kesempurnaan. Di pesantren, santri diajarkan untuk mandiri karena sudah pasti jauh dari jangkauan orang tua sehingga mau tidak mau, ia harus menata urusannya sendiri tanpa orang tua seperti di rumah. Santri juga harus mempunyai jiwa sosial tinggi sehingga dapat berbaur di kalangan masyarakat nanti.

Majalah Tebuireng

Di tengah acara, ia juga membahas tentang impian. Di mana santri harus mempunyai mimpi yang tinggi. Dengan melihat succes story seseorang, kita harus mulai menata impian dan berani bermimpi. Santri harus pandai-pandai memanfaatkan peluang dan kesempatan karena hasil pasti bergantung pada prosesnya.

Seminar yang dimulai dari pukul 08.00 pagi ini mendapat respon yang sangat baik dan bahkan luar biasa dari para santriwati yang hadir. Melihat antusias para peserta yang mengajukan pertanyaan, sesi pertanyaan pun ditambah karena banyaknya pengajuan permintaan. Salah satu pertanyaan diantaranya adalah mengenai pendapat beliau terhadap peran santri dalam menghadapi kemajuan teknologi serta kesempatan dan fasilitas yang mewadahi minat bakat santri di lingkungan pesantren.

Beliau menjelaskan bahwa dengan adanya kemunculan teknologi yang semakin canggih, santri juga diharap dapat mengikuti perkembangan tersebut. Mengenai fasilitas minat bakat santri yang dinilai terbatas, justru menurutnya itulah tantangan bagi para santri untuk menggali potensi dengan caranya sendiri. “Santri itu pelaku sejarah bukan beban sejarah,” ucapnya. Karena menurutnya, santri itu berperan bukan baperan.

Acara berlangsung lancar dan ditutup dengan poto bersama dan do’a bersama yang dipimpin langsung oleh Gus Ivan selaku pembicara dalam seminar tersebut.

Pewarta: Aninda Rizky Hartanti