ilustrasi memilih kebaikan atau keburukan

Setiap manusia hidup di alam dunia menghadapi dua pilihan yang ditawarkan Allah SWT. Hidup dalam kebaikan atau keburukan. Mereka yang memilih kebaikan, akan terus memproduksi perbuatan positif dan produktif dalam kehidupannya. Setiap hari dan aktivitas kehidupannya bernilai ibadah. Sejak bangun di pagi hari sampai kembali tidur di malam hari. Segala macam aktivitasnya tidak berhenti dari berdzikir, berdoa, dan shalat. Mengingat Allah SWT adalah teman terbaik dalam melewati pagi sampai malam hari.

Ada juga pilihan kejahatan yang akan meninggalkan trauma, ketakutan, dan permusuhan yang tidak ada habisnya. Setiap kejahatan terasa manis, memuaskan nafsu di awal tetapi menyesal di akhir. Betapa banyak nafsu jahat menipu manusia sehingga manusia terjebak di dalamnya. Mereka yang sibuk dalam kejahatan akan mengalami kepuasan sesaat, kemudian masuk dalam dosa dan kesusahan berkepanjangan. Dalam dua pilihan itu, Allah SWT menitipkan sebuah pesan romantisnya untuk mengingatkan manusia”Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan)” (QS. Al Balad: 10)

Setiap pilihan, apakah berbuat baik atau jahat semua kembali kepada diri masing-masing. Satu yang jelas, pilihan apa pun yang diambil setiap manusia selalu ada resikonya. Jalan kebaikan tidak selalu mudah, sebab selalu ada ujian dan godaan agar mampu menjalaninya dengan baik. Sedangkan jalan keburukan memiliki resiko berat baik ancaman pidana (uang dan penjara-pen) di dunia, dosa yang menghantui hidupnya, dan siksaan api neraka yang menyala di akhirat. Di titik ini, manusia membutuhkan peran emosi dan akal sebagai penunjuk yang mampu membedakan kebaikan dan keburukan. Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional menjadi faktor kunci sebelum memilih jalan kebaikan atau keburukan.  

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.” (Q.S. Al Baqarah: 286)

Jalan kebaikan bagi seorang muslim merupakan sebuah jalan yang tak mudah. Selalu ada ujian sebelum kita mampu melewati secara sukses jalan tersebut. Ada yang memilih jalan kebaikan, dan Allah SWT menguji hambanya tersebut apakah tetap berbuat baik atau sebaliknya. Kadang ujian diberikan kepada keluarga terdekat, tak jarang musibah kehilangan dijadikan sarana Allah SWT mengukur konsistensi hambaNya.

Majalah Tebuireng

Ada yang menyerah, kemudian kehilangan arah dalam berbuat baik. Tak sedikit yang tetap yakin berbuat baik dan percaya Allah SWT akan menolongnya menghadapi segala kesulitan. Dalam sebuah pesan yang indah, Allah memuji dua kali bagi seorang muslim yang tahan terhadap ujian yang diberikan kepadanya “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Q.S. Al-Insyirah: 5-6)

Kunci agar tetap bertahan di jalan kebaikan adalah mendekat kepada Allah SWT. Kita perlu memperbanyak dzikir, doa, dan shalat, serta dibentengi kesabaran menjalani ujian kehidupan. “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (Q.S. Al Baqarah: 153).

Sejarah sudah membuktikan bagaimana Rasulullah SAW tetap berada di jalan kebaikan atas pertolongan Allah SWT. Setiap menghadapi kesulitan, Rasulullah SAW akan shalat, kemudian mengangkat tangannya memohon ampun kepada Allah SWT. Jika sudah istighfar, Rasulullah SAW mengadu kepada Sang Pemilik langit dan bumi atas segala masalah hidupnya. Inilah sebaik-baik teladan manusia dalam berbuat baik.

Tapi ada manusia yang memilih jalan keburukan, hidupnya dipengaruhi banyak faktor terutama lingkungan yang buruk. Membiasakan hidup dalam perilaku buruk seperti mencela orang lain, mencuri, serakah terhadap harta, berzina, dan tertutup hatinya dari cahaya kebaikan.

Kebiasaan buruk didukung lingkungan yang buruk membuatnya jauh dari rahmat Allah SWT. Lingkungan yang buruk membentuk perilaku kesehariannya menjadi bersifat destruktif. Di titik inilah, seseorang yang hidup dalam lingkungan dan pergaulan buruk membutuhkan kasih sayang Allah SWT. Sebab perilaku buruk jika terus dibiarkan akan merusak kesucian jiwa dan menutup mata batin dari potensi kebaikan.  

Sebagai umat muslim, kita percaya selalu ada jalan terang ketika manusia terjebak dalam keburukan. Selama ada niat dan kesempatan bertaubat, maka maksimalkan dan jadikan taubat jalan menuju kebaikan dalam hidup. Dalam Al-Quran, Allah SWT dijelaskan memiliki sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Sebesar apapun keburukan dan dosa seseorang, Allah SWT akan selalu mengampuninya. Selama Allah SWT menghendaki, maka kesucian jiwa seseorang baik pikiran, hati dan perbuatan akan terwujud. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya)(QS. At-Tahrim: 8).

Baca Juga: Sekecil Apapun, Amal Baik dan Buruk akan Diganjar

Ditulis oleh Inggar Saputra, Penggiat Literasi Rumah Produktif Indonesia.