Kiai Syansuri Badawi sedang mengajar kitab (sumber: facebook penulis)

Oleh: Ibhar Cholidi

Karir politik Kiai Syansuri menjulang. Tak cuma mencicipi duduk sebagai anggota terhormat DPR RI, namun ditahbiskan menduduki pucuk struktur politik yang tinggi dan kursi singgasana yang kharismatik, menjadi Dewan Pertimbangan PPP di era ketua umum-nya Ismail Hasan Metareum. Walau periode ini terkenal dengan sebutan masa penggembosan PPP, tokoh-tokoh NU ramai-ramai hengkang dan bahkan “dibuang”. Termasuk politisi yang terkena getahnya adalah Kiai Yusuf Hasyim.

Tentu saja, meski terpenuhi keinginan menjadi politisi di level nasional dan turut dalam political game tinggi, ada yang merasa kehilangan adalah santri-santrinya. Paling tidak, perhatian kiai kepada santri Tebuireng porsinya menyusut. Karena, politik dan dunia pengabdian di bidang keilmuan sangatlah sulit didamaikan. Dan perihnya, justru yang banyak terjadi, dunia keilmuan takluk pada kepentingan politik.

Menarik, mengapa santri dan alumni Pesantren Tebuireng gandrung dengan politik, ternyata juga sangat dipengaruhi oleh sosok pengasuhnya. Dalam perspektif ini sangat relevan merujuk analisis teman seangkatan saya, pemateri tasawuf yang populer, DR KH Lukman Hakim, yang disampaikan saat launching buku saya “Khodimun Nabi” di Pesantren Tebuireng. “Karakter santri Tebuireng sangat dipengaruhi oleh kecenderungan pengasuhnya. Perhatikan terutama pada masa Hadratussyaikh, Kiai Wahid Hasyim, Kiai Choliq Hasyim, Kiai Yusuf Hasyim dan Kiai Salahuddin Wahid,” simpulnya.

Kiai Syansuri berada pada kadar nuansa hingar-bingar politik yang sedemikian keras, aroma politik sangat menyengat dan pengasuhnya sendiri politisi handal yang disegani baik kawan maupun lawan. Siapa lagi, kalau bukan Pak Ud atau Kiai Yusuf Hasyim.

Majalah Tebuireng

Tentu saja, Kiai Syansuri tak ingin sekedar berjajar menjadi penganjur politik. Sekedar larut dalam wilayah politik bertutur dari satu tempat ke tempat lainnya. Sekedar sibuk dan menyibukkan diri dalam kubangan kebenaran normatif, namun Kiai Syansuri bertekad menjadi praktisi politik atau politik secara praksis. Lumrahlah bila pilihannya masuk pada struktur politik dan menjadi anggota legislatif.

Sebagai catatan, cukup bermakna kehadiran Kiai Syansuri di Senayan. Salah satunya peran penting yang dimainkan dalam mengegolkan RUUPA menjadi Undang Undang. Dus, tak sekedar politisi yang lazimnya disebut “numpang lewat” atau obyek permainan politisi lain.